|
Jakarta, Kompas - Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, terbelit masalah sampah. Setiap hari, sekurangnya 1.500 ton sampah di kecamatan berpenduduk 467.000 orang ini tidak terangkut. Selain karena sarana dan prasarana minim, jarak kecamatan dengan tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Bantar Gebang, Kota Bekasi, jauh. Demikian disampaikan Camat Cengkareng Junaidi, Senin (10/12). Dia menjelaskan, saat ini, hanya ada dua kelurahan yang memiliki tempat pembuangan sampah sementara (TPS), tiga di Kelurahan Duri Kosambi dan dua di Kelurahan Cengkareng Timur. ”Idealnya, sekurangnya di setiap kelurahan ada tiga TPS. Jadi, total TPS yang dibutuhkan di Kecamatan Cengkareng 18 TPS,” tutur Junaidi. Kecamatan Cengkareng terdiri dari enam kelurahan. Kasi Penanggulangan Sampah Jakbar Made Indrayasa mengakui, penghasil sampah terbanyak di Jakbar adalah Kecamatan Cengkareng, diikuti Kecamatan Tambora. ”Saat ini Jakbar baru memiliki 39 TPS. Jumlah ini masih jauh dari memadai,” ujar Indrayasa. Muncul TPS liar Akibat minimnya TPS, bermunculanlah TPS liar di lahan fasos-fasum. Salah satunya, taman kota di kawasan RW 013 Cengkareng Timur, di tepi Cengkareng Drain. Berdasarkan pengamatan, ada lima TPS liar di tepian Cengkareng Drain. Menurut Junaidi, TPS liar ini tidak dilayani petugas dinas kebersihan. Warga harus membiayai sendiri penanganan tumpukan sampah, dengan menyediakan peti kemas pembuangan sampah dan menyewa pengeruk untuk memindahkan sampah ke truk-truk sampah dinas kebersihan dengan biaya swadaya. ”Karena keterbatasan dana, pengerukan dan pengangkutan sampah dilakukan setahun sekali atau lebih,” ucap Junaidi. Sejumlah TPS liar yang sudah sangat mengganggu lingkungan, antara lain, terdapat di lingkungan RW 005 di samping GOR Cengkareng Barat, di RW 010 menjelang Rusunawa Bulak Wadon, dan di RW 012 Kapuk. Di RW 016 Kapuk, di Pasar Dangdut, sampah juga tidak pernah berhenti datang karena pasar tersebut hampir tidak pernah tidur. Truk sampah pun sulit masuk TPS meski datang subuh. Junaidi menjelaskan, ada tiga kendala mengelola sampah di kecamatannya. Pertama minimnya TPS resmi. Dia mengusulkan pemprov mengalokasikan dana untuk membeli lahan guna membangun TPS. Kendala kedua, kendaraan truk pengangkut sampah sudah tua. ”Dari 20 truk tua yang kami miliki, tiga truk mangkrak jadi besi tua. Saya mengusulkan pemprov mau meremajakan armada truk,” ucap Junaidi. Kendala ketiga, jauhnya jarak di antara TPS di kawasan Cengkareng dengan TPA Bantar Gebang. Kendala terakhir ini sulit diatasi. (WIN) Post Date : 11 Desember 2012 |