Cegah Banjir dengan Lubang Biopori

Sumber:Suara Merdeka - 02 Juni 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

MENCEGAH banjir tidak harus membangun proyek bernilai jutaan atau miliaran rupiah. Kini, mulailah dari lingkungan rumah dan sekitarnya dengan membuat lubang resapan biopori. Teknologi sederhana ini dinilai mampu mengatasi banjir dan sampah serta memelihara kelestarian air bawah tanah. Apalagi banjir sudah identik di Semarang, terutama di wilayah utara.

Seperti apa dan bagaimana lubang resapan biopori dibuat? Dosen Teknik Lingkungan Undip, Ir Winardi mengatakan, teknologi sederhana ini mengupayakan pembuatan pori berbentuk liang (terowongan-terowongan) kecil di dalam tanah yang dibuat oleh akar tanaman dan fauna tanah.

Adanya biopori ini memperlancar pergerakan air dan udara di dalam tanah serta diperkuat senyawa organik sehingga tidak mudah rusak. ’’Banyak manfaat dari pembuatan lubang resapan biopori ini, misalnya pemanfaatan sampah organik, memelihara biodiversitas tanah, penyuburan tanah, penghijauan, juga memelihara kebersihan,’’ katanya dalam pemaparan  proyek percontohan 100 lubang resapan biopori di kawasan Taman Margaraya Tinjomoyo, Minggu (1/6).

Acara yang digelar Bidang Teknologi dan Lingkungan Hidup DPD PKS Kota Semarang itu dihadiri Bappeda, Bapedalda, DPU, akademisi, serta kader PKS.  Biopori ini telah diterapkan di beberapa kota besar di Indonesia, di antaranya Bogor dan Menteng Jakarta.

Pemkot Bogor telah membuat 5.250 lubang resapan biopori pada 2007. Sementara Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo membagikan 10 alat pelubang biopori paad tiap RT di daerah Menteng, Jakarta.

Cara Mudah

Lubang resapan biopori ini bisa dibuat di berbagai tempat, seperti dasar saluran, dasar alur yang dibuat di sekeliling batang pohon, atau batas taman. Cara pembuatannya mudah. Tanah dilubangi silindris dengan menggunakan bor biopori diameter 10 cm dan kedalam 100 cm. Jangan melampaui kedalaman air tanah pada dasar saluran yang telah dibuat. Beri jarak antarlubang 50-100 cm.
 
Kemudian mulut lubang dapat diperkuat dengan adukan semen atau dengan pralon. Isi lubang resapan biopori dengan sampah organik yang berasal dari sisa dedaunan atau sampah dapur. Lubang ini selalu ditambahkan karena sampah sudah menyusut akibat pelapukan. Setiap akhir musim kemarau, kompos yang terbentuk dalam lubang bisa diambil bersamaan dengan pemelirahaan lubang.

Ketua Bidang Teknologi dan Lingkungan Hidup DPD PKS Kota Semarang, Mila Sari mengatakan, kegiatan ini dilatari kondisi lingkungan Kota Semarang yang seringkali disibukkan dengan urusan banjir. Penanggulangan banjir sudah seharusnya membutuhkan partisipasi warga.

Karena itu lubang resapan biopori meruakan altrenatif tang bisa dikerjakan warga. Dibandingkan dengan membangun sumur resapan, lubang resapan biopori ini tidak banyak mengeluarkan biaya. Di Semarang, sayangnya alat tidak bisa bebas dibangun di wilayah utara. Pasalnya permukaan air sangat dangkal.     

Dalam acara yang melibatkan instansi pemerintah itu diharapkan bisa mendapat dukungan dari mereka dengan kebijakan programnya ke depan. Bagi kader partai itu diimbau untuk membuat lubang respaan biopori di lingkungan masing-masing.

’’Dalam waktu dekat kami menginginkan sudah ada 1.000 lubang resapan biopori. Untuk mendukungnya kami juga mempersiapkan alat bor,’’ katanya.   (Moh Anhar)



Post Date : 02 Juni 2008