|
JAKARTA(SINDO) – Setelah surut selama dua hari,kawasan Cawang dan Kampung Melayu,Jakarta Timur kembali terendam banjir kiriman. Di Cawang,banjir setinggi 80- 200 cm merendam warga di RW 1 RT 4-8; RW 3 RT 1, 5,10, 11; serta RW 8 RT 2,4,5,dan 8. Menurut Ketua Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) RW 3 Jery, air meninggi sejak pukul 09.00 WIB. Banjir ini pun tidak disangka oleh warga yang baru saja membersihkan lumpur dan sampah dari banjir yang surut sejak Jumat (16/1) lalu. Pada banjir beberapa hari lalu terdapat lima tempat pengungsian yang dipenuhi sekitar 500 pengungsi yakni di Musala Al Barkah RW 1, Musala Al Hidayah RW 2, lapangan tenis RW 3, Binawan RT 5, dan rumah milik Teuku Raja S di RW 8.Namun,pada banjir kemarin hanya terlihat puluhan warga yang eksodus ke lapangan tenis RW 3 untuk mengungsi sementara. Pada banjir kemarin, kebanyakan warga memilih tinggal di lantai dua rumahnya. Salah satu warga Khairuddin, 45, mengaku sejak lima tahun lalu merenovasi rumahnya menjadi dua lantai agar tidak perlu mengungsi ke tempat pengungsian. ”Lagipula belum ada instruksi dari ketua RT. Lalu harta benda saya siapa yang mau jaga,”tuturnya. Selain itu, dia pun tidak mengungsi karena berdasarkan pengalaman banjir akan surut jika hujan tidak turun. Menurutnya, sistem peringatan dini yang dimiliki di kantor RT tersebut berfungsi baik. Khairuddin mengatakan, jika ketinggian air sudah mencapai 300 cm, warga akan keluar rumah dan mengungsi sementara di beberapa lokasi yang disediakan pemerintah. Di Kampung Melayu, berdasarkan data Satkorlak PBP DKI Jakarta, terdapat 750 pengungsi dengan ketinggian air antara 70-100 cm. Sebanyak 250 jiwa mengungsi di bekas Bioskop Nusantara, 100 pengungsi pergi ke RS Hermina, 300 pengungsi ke Masjid Raudhatul Ibadah, Pos RW 7 ada 50 pengungsi, dan di Musala Ainul Anam sebanyak 50 warga mengungsi. Petugas piket Satkorlak PBP DKI Jakarta Tandapotan mengatakan,seluruh bantuan sudah dikirim ke lokasi penampungan di antaranya 1.300 boks makanan jadi yang telah dikirim ke beberapa lokasi pengungsian di Kampung Melayu.Posko kesehatan juga sudah didirikan di kecamatan rawan banjir di antaranya di RS Hermina dan Puskesmas Kampung Melayu. Menurutnya, petugas Satkorlak bekerja 24 jam tanpa henti untuk memantau keadaan pintu air dan genangan. Awalnya, terang Tandapotan, laporan adanya genangan berasal dari petugas kelurahan setempat yang mengirimkan faksimile langsung ke Kantor Satkorlak yang berada di Balai Kota DKI Jakarta. Sementara untuk keadaan pintu air,petugas akan menghubungi langsung dengan handy talkie. ”Kami bekerja secara shift.Ada yang bekerja untuk meng-input data dan ada yang memantau lokasi genangan dan pintu air dari CCTV (closed circuit television),” terangnya. Setelah laporan itu dikumpulkan, data tersebut akan dimasukkan dalam database untuk dibagikan ke seluruh pejabat terkait,termasuk gubernur agar bantuan dan tindakan lanjut segera dilakukan. Namun, Satkorlak biasanya akan berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas kecamatan dan pegawai di lingkup wali kota madya untuk mendistribusikan bantuan makanan dan membangun posko penampungan serta kesehatan. Berdasarkan pantauan, ketinggian air di Bendung Katulampa,Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, kemarin pagi sempat menyentuh 130 cm dengan status siaga IV. ”Sehingga diperkirakan banjir kiriman akan sampai ke Jakarta sore hari (kemarin). Untuk itu, warga Jakarta perlu waspada,”jelas petugas jaga Bendung Katulampa Andi Sudirman. Setelah sepekan diguyur hujan, CCTV dan alarm pendeteksi peringatan dini banjir di Bendung Katulampa rusak. Tidak berfungsinya dua alat bantu untuk memudahkan pemantauan ketinggian air Sungai Ciliwung di Bendung Katulampa tersebut akibat curah hujan yang tinggi dan banyaknya tumpukan sampah di sekitar pintu air. ”Padahal sangat membantu sekali untuk memantau saat hujan. Apalagi banyak masyarakat maupun wartawan yang menanyakan ketinggian air saat musim hujan ini,”ujarnya. Meski demikian, pihak Telkom saat ini sedang memperbaiki jaringan untuk memfungsikan kembali alat pemantau tersebut. Tidak berfungsinya alarm pendeteksi banjir membuat petugas kebingungan dan kerepotan mengecek akurasi ketinggian air.”Memang kita sempat bingung. Saat itu kok data pantauan dari alarm sistem peringatan dini ketinggian air masih 70 cm, padahal air sudah naik menyentuh papan mercu lebih dari 130 cm,”jelasnya. (neneng z/haryudi) Post Date : 19 Januari 2009 |