[JAKARTA] Pencapaian program Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Millennium Development Goals (MDGs) di Indonesia, dikhawatirkan tidak sesuai target yang dicanangkan tahun 2015.
Kekhawatiran muncul, karena ada indikasi ancaman serius terhadap pencapaian MDGs hingga tahun kesembilan, di antaranya, tidak menurunnya tingkat kemiskinan secara signifikan.
Deputi Direktur Forum LSM Internasional untuk Pembangunan Indonesia (INFID) Dian Kartika Sari, di Jakarta, Senin (24/8), mengatakan, kondisi yang menunjukkan tanda-tanda kurang baik ini harus segera ditindaklanjuti, karena jika Indonesia benar-benar gagal mencapai target MDGs, maka Indonesia bisa dipandang tidak serius membenahi persoalan-persoalan di dalam negeri, yang bisa berakibat pada memburuknya kepercayaan internasional terhadap Indonesia.
Dikatakan, kendala-kendala utama yang menjadi batu sandungan dalam pencapaian target MDGs, yakni kebijakan pemerintah yang selama ini dipandang kurang berpihak pada komitmen sektor pendanaan program-program MDGs, jika dibandingkan dengan program stimulus fiskal yang menghabiskan triliunan rupiah. "Mulai tahun ini, kita juga harus membayar utang- utang kita yang jumlahnya cukup besar," katanya.
Akibat dari persoalan-persoalan di atas, anggaran untuk program MDGs bisa dikatakan rendah. Saat ini, anggaran di Departemen Kesehatan sekitar Rp 20 triliun, atau kurang dari setengah jumlah ideal, untuk mewujudkan target MDGs, yakni Rp 50 triliun.
Menurut Dian, setelah mencermati selama sembilan tahun, diperoleh kesimpulan bahwa sektor kesehatan adalah sektor yang bisa dikatakan mendekati kegagalan. Hal ini bisa terlihat dari masih tingginya angka kematian ibu melahirkan. Selain itu, program pemerintah seperti Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) kurang bisa dijangkau masyarakat, karena masalah administratif, khususnya kartu tanda penduduk.
Melihat kondisi saat ini, Dian mengatakan, presiden harus sesegera mungkin mempersiapkan program khusus yakni percepatan pencapaian MDGs. Salah satu cara, yakni memaksa semua jajaran kabinet yang bertanggung jawab terhadap persoalan MDGs, untuk saling berkoordinasi dan bekerja sama antarlembaga. "Yang penting jangan dijadikan proyek," ujarnya.
Target Kesehatan
Untuk mencapai target di bidang kesehatan, butuh kerja keras seluruh pihak. Kerja sama lintas sektor, dan aksi nyata dari pemerintah daerah, berupa anggaran, sumber daya manusia, dan teknologi untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), persentase anak kurang gizi, penyakit menular HIV/AIDS, dan malaria, sangat dibutuhkan
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Dr Arum Atmawikarta kepada SP mengatakan, penurunan angka kekurangan gizi merupakan target pertama dari delapan target MDGs yang ditetapkan pada tahun 2000.
Sesuai dengan tujuan MDGs, maka ditetapkan target di sektor kesehatan dan gizi pada tahun 2015, yakni penurunan AKI, AKB, insiden HIV/AIDS, malaria, s penyakit menular lainnya, dan anak kurang gizi sebesar setengah atau 50 persen dari kondisi tahun 1990. [E-7/N-4]
Post Date : 25 Agustus 2009
|