|
Jakarta, Kompas - Sampai saat ini cakupan sanitasi di Indonesia baru 58 persen. Kondisi sanitasi di Indonesia pun masih sangat buruk, ditambah lagi banyaknya bencana alam yang merusak infrastruktur. Padahal, sanitasi yang buruk akan meningkatkan penyakit menular seperti diare, penyakit kulit, ataupun penyakit zoonosis yang berkait dengan binatang, kata Deputi Kesehatan Lingkungan Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Emil Agustiono di Jakarta, Jumat (4/1). Penyakit diare tidak bisa dipandang remeh. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan, 50 dari 1.000 bayi di Indonesia meninggal karena diare. Ini disebabkan kontaminasi kotoran manusia pada sumber air, di antaranya lewat sumur yang tak berbibir. Sanitasi sehat yang diharapkan bisa diakses oleh semua rumah tangga di Indonesia antara lain ketersediaan air bersih, jamban keluarga, sumur keluarga, dan sumur tadah hujan. Saat ini lebih dari 100 juta penduduk Indonesia yang tersebar di 30.000 desa tidak memiliki akses air bersih. Cakupan layanan air minum dari Perusahaan Air Minum baru sekitar 18 persen di daerah perkotaan dan 36 persen di pedesaan. Hampir 24 juta penduduk Indonesia tak memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi dasar, jauh melebihi negara-negara Asia Tenggara lainnya. Dari data Bank Pembangunan Asia, untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) tahun 2015 dibutuhkan investasi Rp 50 triliun. Saat ini investasi pemerintah pusat dan daerah baru rata-rata Rp 50 miliar per tahun. Kegagalan penanganan sanitasi di Indonesia berpotensi menimbulkan kerugian lebih dari Rp 45 triliun per tahun. (LOK) Post Date : 05 Januari 2008 |