|
SURABAYA, KOMPAS - Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyiapkan sumber air cadangan untuk mengaliri sejumlah waduk dan sawah yang mengalami kekeringan. Sumber air cadangan itu diambil dari Waduk Sutami yang kondisinya tidak terganggu akibat kemarau. ”Kami akan gunakan air cadangan jika terjadi bencana kekeringan sebanyak 47 juta meter kubik dari Waduk Sutami,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Jawa Timur Supaad, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/9). Air Waduk Sutami yang berada di Kecamatan Sumber Pucung, Kabupaten Malang, ini akan dialirkan ke seluruh Jawa Timur melalui Sungai Brantas karena kondisinya tidak terganggu saat kemarau. Saat ini, ketinggian air di Waduk Sutami terbilang normal atau mencapai 269,9 meter dengan volume air 111,19 juta meter kubik. Waduk ini berstatus siaga kekeringan jika ketinggian airnya 246 meter. Namun, kata Supaad, opsi ini akan jadi yang terakhir karena kekeringan di Jawa Timur kemungkinan akan terselesaikan dengan hujan buatan yang telah disiapkan pemerintah pusat dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). BPPT dan Perum Jasa Tirta akan menggunakan hujan buatan pada Oktober untuk mengatasi kekeringan di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Selain Waduk Sutami, waduk yang masih dalam kondisi normal adalah Waduk Selorejo dengan ketinggian air 616,72 meter, Waduk Wonorejo 169,52 meter, dan Waduk Bening dengan ketinggian air 97,51 meter. Penampung air hujan Gubernur Jawa Timur Soekarwo juga menyebutkan, Pemprov Jatim juga akan membangun sekitar 100 geomembrane (tempat penampungan air hujan sejenis waduk) yang masing-masing seluas 5.000 meter kubik. Saat ini, baru 12 penampungan yang dibangun di Kabupaten Bojonegoro, Mojokerto, Ponorogo, Madiun, Ngawi, dan Sumenep. Untuk membangun 100 penampungan air hujan, membutuhkan anggaran Rp 20 miliar. Satu tempat penampungan air ini diproyeksikan dapat melayani kebutuhan air bersih untuk 2.500 orang selama 100 hari. Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim Ahmad Nurfalakhi mengatakan, lebih dari 13.000 hektar lahan sawah kini gagal produksi. Luas areal yang kemungkinan dilanda kekeringan berpotensi bertambah karena kemarau diperkirakan berlangsung hingga November. Hingga pertengahan Agustus 2012, tercatat kekeringan di seluruh wilayah Jatim sekitar 13.956 hektar sawah. Dari total lahan kekeringan itu, yang mengalami puso atau gagal panen mencapai 2.977 hektar, kekeringan berat-hanya bisa panen maksimal 25 persen mencapai 1.961 hektar, kekeringan sedang-bisa panen maksimal 50 persen seluas 3.429 hektar, dan kekeringan ringan-bisa panen maksimal 75 persen seluas 5.588 hektar. Jika kekeringan berlangsung hingga November, tahun ini areal tanaman yang terancam kekeringan mencapai 20.000 hektar. Kekeringan juga membuat sejumlah warga Dusun Jurang Pelen Tegalan, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, meninggalkan ladangnya dan beralih menjadi penambang batu. (ETA/ILO/DIA/EGI) Post Date : 12 September 2012 |