|
The world is thirsty because it is hungry. It takes one thousand times more water to feed the human population than it does to satisfy its thirst. FAO Water, 2012 Bagaimana mungkin Bumi haus air? Bukankah pada penampakan citra satelit, Bumi ini diselimuti air? Betul, tetapi 97,3 persen berupa air laut yang tak bisa dikonsumsi makhluk hidup. Kurang dari 3 persen yang berupa air tawar. Meski demikian, proporsi terbesar volume air tawar tersebut (2,1 persen) berupa gunung es yang ada di kutub. Air tawar yang tersedia di sungai, danau, dan air tanah untuk dimanfaatkan manusia hanya 0,5 persen. Air tawar yang memadai untuk konsumsi semakin sedikit lagi: hanya 0,003 persen (Jeffries dan Mills, 1996). Langkanya ketersediaan air membuat air berperan vital dalam kehidupan di Bumi. Inilah latar kelahiran Hari Air Sedunia dan diperingati setiap 22 Maret. Hari Air Sedunia direkomendasikan pada 1992 dalam KTT Bumi dan dicanangkan setahun kemudian dalam Sidang Umum PBB. Tema tahun ini adalah ”Air dan Ketahanan Pangan”. Air dan pangan Secara agregat kebutuhan manusia akan air sangatlah besar. Manusia butuh air secara langsung untuk minum, memasak, mandi, dan mencuci. Namun, justru kebutuhan tidak langsung manusia terhadap air yang paling besar proporsinya, 70 persen: memproduksi bahan pangan. Penggunaan air secara langsung dan tidak langsung inilah yang populer disebut water footprint dan dihitung berdasarkan pemakaian air secara langsung dan tidak langsung untuk memproduksi barang atau jasa, baik oleh individu, komunitas, maupun kegiatan bisnis dan industri. Sebagai contoh adalah water footprint untuk memproduksi daging sapi ditentukan mulai dari kebutuhan air untuk tumbuhnya rerumputan sebagai pakan sapi hingga kebutuhan air untuk penyembelihan ataupun pemrosesan dagingnya. Contoh lain adalah penggunaan secara tidak langsung air untuk penyediaan pangan. Produksi 1 kilogram gandum butuh 1.500 liter air. Jumlah ini 10 kali lebih banyak daripada volume air yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg daging sapi. Sepotong irisan roti secara rerata butuh 40 liter air. Segelas susu memerlukan 200 liter air. Sebutir telur butuh 135 liter air. Sebiji tomat butuh 13 liter air (FAO Water, 2012). Sepotong steik dan setangkup burger masing-masing memerlukan 7.000 liter dan 2.400 liter air. Produksi perikanan budidaya yang saat ini berkontribusi atas 25 persen produksi ikan dunia juga butuh air yang tak sedikit. Itu sebabnya, FAO Water menyebutkan bahwa 70 persen penggunaan air didominasi untuk memproduksi bahan pangan. Sisanya dibutuhkan untuk keperluan industri dan domestik. Bahkan, di negara berkembang penggunaan air untuk pertanian mencapai 95 persen. Kebutuhan air sektor pertanian itu akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pasokan dan konsumsi bahan pangan. Saat ini terdapat 7 miliar manusia yang butuh pangan saban hari. Bahkan, diprediksi pada 2050 akan ada tambahan 2 miliar manusia. Konsekuensinya diperlukan peningkatan 70 persen produksi pangan secara global. Bahkan, untuk negara berkembang perlu peningkatan hingga 100 persen. Kelangkaan air terutama diderita masyarakat di daerah kering dan semikering yang sangat dipengaruhi oleh lamanya musim kering akibat fenomena perubahan iklim. Konsekuensi dari kelangkaan air ini akan kian akut dengan makin banyaknya perut yang harus diberi makan dan ke- miskinan yang melingkungi keseharian mereka. Kecepatan pertumbuhan konsumsi air meningkat dua kali lebih besar daripada kecepatan pertumbuhan penduduk (FAO Water, 2006). Ada 40 persen penduduk Bumi yang mengalami kelangkaan air bersih. Menurut prediksi, pada 2025 ada 1,8 miliar manusia yang terpapar pada kelangkaan air absolut. Sepertiga penduduk akan terekspos stres keberadaan air (FAO Water, 2012). FAO Water (2012) merekomendasikan mengefisienkan pemanfaatan air dalam memproduksi bahan pangan melalui pengendalian yang baik atas penggunaan air dalam sistem irigasi, kombinasi air hujan dan irigasi, yang semua itu disinergikan dengan good agricultural practices. Pertanian di daerah urban disarankan menggunakan air limbah yang telah diolah secara saksama: bahan berbahaya telah dipisahkan dalam proses kegiatan pertanian tananam pangan. Sektor perikanan direkomendasikan melakukan budidaya dalam karamba apung, sistem ”semacam kolam air deras”, dan sistem ”semacam mina padi” untuk lebih diintensifkan. Sistem resirkulasi dalam budidaya perikanan dapat mereduksi penggunaan air hingga 90 persen. Kegiatan ini merepresentasikan sistem usaha yang tidak meningkatkan konsumsi air secara signifikan. Integrated Water Resources Management (2002) di Johannesburg memformulasikan program menghadapi kelangkaan air itu dengan: (1) Strategi dan program pengelolaan terpadu lembah sungai dan air tanah; (2) Memperbaiki efisiensi penggunaan air demi mengurangi kehilangan air dan meningkatkan daur ulang air sambil melakukan preservasi dan restorasi ekosistem berikut fungsinya; (3) Program mitigasi mengurangi pengaruh dari kegiatan yang berdampak terhadap air; (4) Diseminasi teknologi konservasi sumber daya air nonkonvensional dan peningkatan kapasitas kelembagaan bagi negara yang didera kelangkaan air dan menuju pada desertifikasi (menjadi gurun). Semoga Hari Air Sedunia menggugah kita pada besarnya peran air dan serius menjaga sumber daya air. Hefni Effendi Dosen Departemen Manajemen Sumber Daya Perairan, FPIK, IPB Post Date : 22 Maret 2012 |