BULUKUMBA - Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Bulukumba sejak Ahad malam lalu membuat sejumlah ruas jalan, permukiman warga, dan lahan pertanian terendam air. Ketinggian air mencapai 50-100 sentimeter.
Kepala Dinas Tata Ruang Bulukumba Ahmad Sukri mengatakan banjir yang kerap terjadi ini karena Bulukumba seperti penampungan air karena lokasinya yang lebih rendah daripada laut. Selain itu, air datang dari dataran tinggi di luar kota. "Apabila hujan turun deras dan air laut pasang, air akan mengalir ke kota," kata dia kemarin.
Daerah yang tergenang, kata Ahmad Sukri, selain di dalam kota, juga beberapa desa di Kecamatan Bonto Bahari dan Ujung Loe. Ia mengatakan salah satu jalan keluarnya adalah pembuatan kanal baru di sejumlah lokasi, pengerukan drainase, dan pembersihan sampah di kanal.
Zaenal Basrun, warga Jalan M. Noor, Kelurahan Loka, mengatakan selain pemerintah, warga harus meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan. "Tersumbatnya selokan disebabkan oleh sampah yang dibuang sembarang tempat," kata Zaenal yang juga Ketua Partai Pakar Pangan Bulukumba ini.
Menurut Andika, warga Tanah Beru, Kecamatan Bonto Bahari, pemerintah seharusnya belajar pada banjir bandang pada 2006. Ia menilai pemerintah tidak memiliki strategi jangka panjang untuk mengelola banjir. "Buktinya Bulukumba terkena banjir setiap tahunnya," dia menegaskan.
Sementara itu, banjir juga menggenangi empat desa di dua kecamatan di Kabupaten Luwu kemarin malam. Keempat desa tersebut adalah Pompengan dan Pompengan Tengah di Kecamatan Lamasi Timur serta Awo Gading dan Salujambu di Kecamatan Lamasi.
Banjir yang datang tiba-tiba pada tengah malam itu tidak mengakibatkan korban jiwa. Namun jembatan sepanjang 58 meter di Desa Pompengan hanyut diterjang air. Air setinggi 50-100 sentimeter merendam sekitar 100 hektare kebun jagung, 150 kebun cokelat milik warga, serta puluhan rumah penduduk.
"Kerugian material belum bisa kami prediksi. Tapi anggaran jembatan yang hanyut mencapai ratusan juta," kata Sekretaris Camat Lamasi Timur, Rasang, kemarin.
Dari pantauan Tempo hingga kemarin siang, di Desa Awo Gading dan Salujambu, ketinggian air belum surut. Bahkan air makin bertambah lantaran hujan belum berhenti. "Air mulai naik sejak subuh. Sejak musim hujan ini, daerah kami sudah sering terendam," kata seorang warga Salujambu bernama Abdul Aziz. Dua desa tersebut memang berada di bantaran sungai.
Halim, warga Salujambu lainnya, mengatakan belum ada bantuan dari pemerintah untuk warga desa. "Untungnya warga sudah panen padi. Kalau tidak, kami akan menderita kerugian besar," kata Halim. JASMAN | MUHAMMAD ADNAN HUSAIN
Post Date : 13 Juli 2011
|