Jakarta, Kompas - Seusai hujan deras, masyarakat bisa jelas melihat betapa kota Jakarta tidak memiliki sistem drainase yang memadai. Akibatnya, banjir dan genangan air banyak terjadi di berbagai wilayah dan meluberi jalan. Implikasi lanjutan, air yang memenuhi jalan menjadi penghambat lalu lintas dan menyebabkan kemacetan yang parah.
Pembenahan drainase tidak akan tuntas jika pemerintah sekadar berwacana dan mengucapkan janji serta niat, tetapi butuh keseriusan dan kerja keras.
Anggaran
Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo di Jakarta, Jumat (5/11), mengatakan, untuk menangani banjir, Pemerintah Provinsi Jakarta menganggarkan Rp 1,36 triliun dalam APBD 2011. Dana itu akan digunakan untuk normalisasi Kali Apuran Bawah dan pembebasan tanah untuk normalisasi Kali Pesanggrahan dan Kali Krukut.
Selain itu, 73 lokasi dari 106 lokasi genangan juga akan diatasi dengan revitalisasi saluran drainase. Tahun ini, 33 lokasi genangan sudah dan sedang diatasi dengan pembersihan dan pelebaran drainase.
Wali Kota Jakarta Selatan Syahrul Efendi mengatakan, pemprov telah mengalokasikan Rp 70 miliar untuk memperbaiki dan membangun saluran air di 10 kecamatan di Jaksel. Proyek sudah mulai dikerjakan bulan September dan diperkirakan selesai Desember mendatang.
Saluran air yang akan diperbaiki dan dibuat antara lain berada di Jalan Prapanca, Mataram, Sriwijaya, Lamandau, Sungai Sambas, dan Petogogan di Kecamatan Kebayoran Baru. Selain itu, juga di Petukangan Utara, Petukangan Selatan, Simprug, kawasan Permata Hijau, Grogol Selatan, dan Pondok Pinang di Kecamatan Kebayoran Lama, serta di Jalan Sirsak, Ciganjur, Kebagusan, dan Jalan Kahfi di Kecamatan Jagakarsa.
Perbaikan dan pembangunan saluran air di Kecamatan Pasar Minggu dilakukan di kawasan UKM dan Kali Baru Barat, di Kecamatan Pancoran di Kalibata dan Bukit Duri, sedangkan di Kecamatan Pesanggrahan akan berlangsung di Delman, Bio Cenek, dan IKPN Bintaro.
Pelaksana Harian Kepala Sudin Pekerjaan Umum Tata Air Jaksel Yayat Hidayat mengakui, perbaikan dan pembuatan saluran air ini baru langkah mengurangi genangan air dan belum pada tingkat mengurangi banjir di Jaksel.
Syahrul menambahkan, perbaikan dan pembuatan saluran air ini diutamakan di lokasi strategis lalu lintas jalan raya yang selama ini dikenal rawan genangan air, seperti di Jalan Pangeran Antasari, Kemang, Pasar Minggu, dan Warung Buncit.
Menurut Syahrul, jajarannya juga akan menertibkan bangunan liar yang berdiri di atas saluran air, memangkas ratusan pohon yang rawan tumbang, serta memeriksa papan iklan besar.
Bogor
Wakil Wali Kota Bogor Achmad Ru’yat mengatakan, pembenahan drainase di Kota Bogor akan dilaksanakan tahun depan. Pembenahannya tidak bisa ditunda lagi karena penyebab utama kerusakan jalan-jalan di Kota Bogor akibat tidak ada atau buruknya drainase.
”Drainase bukan lagi program pembangunan tambahan atau seperlunya, melainkan menjadi kesatuan utuh dalam pembangunan atau peningkatan jalan,” kata Ru’yat.
Ia mengungkapkan, keputusan memprioritaskan sistem drainase Kota Bogor diambil setelah pihaknya keliling meninjau kondisi jalan dan drainase beberapa waktu lalu. Menurut dia, proyek betonisasi jalan yang telah dan sedang dilaksanakan banyak yang mengabaikan pembuatan drainase di kiri kanan jalannya.
Berdasarkan hasil pemantauan Kompas, ketika hujan turun agak deras, badan jalan-jalan utama di Kota Bogor berubah seperti sungai. Air melimpah ke badan jalan karena selokan di kiri kanannya tidak mampu menampung air hujan akibat selokan atau gorong-gorongnya kecil dan dangkal serta tidak jarang lubang masuknya tersumbat.
Beruntung wilayah Kota Bogor bukan dataran rata serta memiliki sungai besar dan susukan (kali) sehingga air tidak menggenangi jalan dan sekitarnya terlalu lama. Air mencari jalannya sendiri dan mengalir secara gravitasi masuk ke sungai yang ada.(WIN/RTS/ECA)
Post Date : 06 November 2010
|