|
Jakarta, kompas - Pemilahan sampah di setiap rumah tangga di wilayah Jakarta harus benar-benar mulai dibudayakan. Sebab, pemilahan sampah berguna untuk memudahkan proses pengolahan atau pemanfaatan dan untuk meminimalisasi kontaminasi material sampah. Namun, hingga saat ini upaya membudiyakan pemilahan sampah menjadi sampah organik, anorganik, dan sampah B3 belum menyebar ke seluruh wilayah Jakarta. Padahal, jika masyarakat sudah melakukan hal sederhana ini, setidaknya bisa menghemat hingga 40 persen biaya transportasi pembuangan sampah ke tempat pengolahan. "Keberhasilan pengolahan sampah Jakarta ke depan sangat bergantung pada keberhasilan penerapan konsep reduce, reuse, recycle. Ini bisa dimulai dengan menumbuhkan kesadaran memilah sampah sejak di sumber," kata Kepala Subdinas Penyuluhan dan Bina Peran Serta Masyarakat Dinas Kebersihan DKI Jakarta Rusman Sagala, Rabu (6/9). Pemilahan sampah, kata Sagala, merupakan upaya penyadaran akan tanggung jawab dan partisipasi masyarakat dalam menciptakan kebersihan lingkungan di wilayah Jakarta. Jika teknologi pemusnahan dan pengolahan sampah hendak diterapkan, pemilah sampah menjadi bagian yang juga cukup penting. Dari produksi sampah DKI sebanyak 6.000 ton per hari, sebanyak 55,37 persen adalah sampah organik dan 44,63 persen sampah nonorganik. Pembuangan sampah ke TPA Bantar Gebang, Bekasi, hingga saat ini masih campur aduk di antara keduanya. Menurut Sagala, Dinas Kebersihan sudah berupaya menyosialisasikan dan mengajarkan kepada masyarakat soal pemilahan ini melalui program Pilkab, yakni Pilah, Kumpul, Angkut, Buang. Proyek percontohan dilakukan di lima kelurahan untuk masing- masing wilayah. Warga diberi tiga kantong plastik berbeda sesuai jenis sampah. Pengangkutan sampah pun dijadwal. "Pada tahun ini program itu diserahkan ke wilayah masing-masing," katanya. (ELN) Post Date : 07 September 2006 |