Budaya Menyiram WC Masih Rendah!

Sumber:Kompas - 21 Juli 2009
Kategori:Sanitasi

GRESIK, KOMPAS.com - Budaya pelajar menyiram water closed setelah buang air besar dan buang air kecil masih rendah sehingga WC sekolah terkesan kumuh dan berbau. Sementara tidak semua WC sekolah tidak dilengkapi sarana air bersih. Hal itu terungkap dalam pelati han kader sanitasi sekolah yang diikuti 24 guru dan pelajar di Gresik.

Sebanyak 24 orang guru dan pelajar dari SMAN 1 Driyorejo, SMA Raden Patah, SMPN 1 Driyorejo dan MTS Raden Patah selama dua hari mulai Selasa (21/7) menjalani pelatihan Kader Sanitasi Sekolah yang diselenggarakan oleh Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecoton dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Gresik serta PT Wings Surya. Dalam pelatihan peserta mendapatkan materi tentang Pengelolaan Limbah padat (Solid Waste), Limbah cair Domestik (Grey Water) dan Pengelolaan Limbah Tinja (Black Water ), Pengenalan perilaku sehat di lingkungan sekolah.

Selain diisi dengan teori sanitasi peserta juga melakukan kegiatan outdoor (outbound Activity) yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dan kerjasama kelompok (team work). Kegiatan ini berhasil mengidentifikasi masalah sanitasi yang ada di sekolah ma sing-masing peserta diantaranya adalah rendahnya budaya pelajar untuk menyiram water closed (WC) setelah dipakai untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil.

"Akibatnya secara umum WC disekolah menimbulkan kesan kumuh dan berbau. WC sekolah yang sekarang ada kurang terawat karena tidak ada upaya pemeliharaan dan rendahnya kesadaran pelajar untuk menjaga kebersihan WC," ujar Alfiatus Sholiha, pelajar dari SMA Raden Patah Kesamben Wetan Kecamatan Driyorejo

Masalah lain yang terindentifikasi adalah belum tercukupinya sarana air bersih di SMAN 1 Driyorejo sehingga pada musim kemarau seperti sekarang banyak dijumpai WC sekolah tidak dilengkapi sarana air bersih. "Air yang selama ini kami manfaatkan adalah air sumur bor yang bersifat sadah dan keruh, apalagi pada musim kemarau air semakin sulit untuk diperoleh," ujar Mutmainah Spd, guru pembimbing kelompok Go Gress School (GGS) SMAN 1 Driyorejo. Kelompok GGS SMAN 1 Driyorejo saat ini sedang menyusun sebuah teknologi tepat guna untuk memanfaatkan dan mengelolah air yang keruh menjadi air bersih.

Sedangkan masalah penting yang dihadapi oleh SMPN 1 Driyorejo adalah belum terkelolanya sampah di lingkungan sekolah. Hal itu menimbulkan dampak bau dan mengganggu estetika sekolah, apalagi saat ini TPS sampah yang ada berdekatan dengan selokan.

Hary Setijono Wibowo dari PT Wings Surya Driyorejo yang menjadi salah satu narasumber dalam Training Kader Sanitasi Sekolah menyatakan melalui kegiatan yang berbasis pada pemahaman akan kondisi lingkungan sekolah bisa memunculkan gagasan baru. "Dari kegiatan itu diharapkan mampu menumbuhkan pemahaman individu akan situasi yang dialami dalam lingkungannya dan memicu ide-ide tentang solusi," katanya.

Menurut Hary pelatihan kali ini menjadi awal dari kegiatan penyehatan lingkungan sekolah di Wilayah Kecamatan Driyorejo selama tiga bulan. Kegiatan itu mencakup sosialisasi sekolah sehat, pembenahan sarana WC yang sehat dan kampanye hidup Bersih melalui Zero Waste School (sekolah tanpa limbah).

Ketua Panitia Training Kader Sanitasi Sekolah, Winda Putri menyatakan pelatihan ini adalah bagian dari program perbaikan kualitas daerah aliran sungai (DAS) Brantas. "Output dari kegiatan ini adalah terbentuknya sekolah-sekolah ditepi Sungai yang sama sekali tidak mengeluarkan limbah yang mencemari sungai," kata Winda. Nedi Putra AW



Post Date : 21 Juli 2009