|
PERGURUAN Tinggi Negeri Unlam kini harus berbangga diri. Karena seorang mahasiswa pascasarjana Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSDAL) Universitas Lambung Mangkurat, Ir Muhammad Husin MS berhasil menemukan teknologi sederhana untuk mengurangi kadar besi (Fe) pada air tanah dalam. Penemuan Husin yang juga tercatat sebagai staf Dinas Pertambangan Kalsel ini, sepertinya dapat memberikan haparan untuk perbaikan kondisi air di Kalsel, terutama di Banjarbaru yang memiliki kandungan besi cukup tinggi. Air tanah yang tidak memenuhi standar kualitas baku apabila langsung dikonsumsi manusia, akan menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap kesehatan. Menurut Husin, dari beberapa kasus khususnya penyakit ginjal yang terjadi di Kalimantan Selatan, umumnya terjadi pada daerah-daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber air minum, dan dikonsumsi terus menerus dalam waktu lama. Berdasarkan penelitian terhadap air sumur di Kota Banjarbaru didapatkan kandungan besi dari 1,0981 hingga 3,194 mg/liter. Angka tersebut sudah tidak memenuhi syarat, jika dibandingkan dengan air bersih berdasarkan Permenkes No: 416/MENKES/PER/IX/1990 yakni kandungan maksimum besi yang diperbolehkan hanya 1,0 mg/liter. Melalui teknologi sederhana yang disebut sistem aerasi bertingkat, dapat mengurangi kadar besi di dalam air yang bersumber dari air tanah dalam hingga 80 persen, dengan debit aliran optimal 0,0035 liter/detik. Adapun cara kerja alat pengolahan ini, menggunakan sistem aerasi secara grafitasi. Air tanah dalam dipompa dan ditampung ke dalam bak penampungan awal (reservoir) yang berada di tingkat atas. Air dari atas dialirkan ke bawah melalui pipa berlubang, dibagi ke seluruh permukaan nampan plastik yang di letakkan di tingkat paling atas yang berfungsi sebagai trap berlubang. Dari trap teratas, air berupa percikan-percikan turun ke nampan-nampan di bawahnya hingga memenuhi bak berupa saringan pasir. Di dalam bak ini, air mengalami proses filtrasi untuk menghilangkan kadar besi atau mengeliminasi partikel-partikel yang terbentuk akibat proses oksidasi aerasi. Setelah melewati saringan pasir, air selanjutnya mengalir ke bak pengolahan. "Teknologi sederhana ini dapat diaplikasikan di masyarakat secara individu maupun perusahaan, yang mempergunakan air tanah dalam sebagai sumber air bersih," tutur peraih IPK 3,72 ini. Ketua Pascasarjana Program PSDAL Unlam Banjarbaru Dr Athaillah Mursyid menuturkan, program PSDAL memang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang mampu menunjang perkembangan di bidang sumber daya alam dan lingkungan. "Salah satunya seperti penemuan Ir Muhammad Husin MS. Diharapkan dapat membantu kita dalam mengatasi besarnya kandungan besi dalam air tanah dalam," tutur Athaillah, saat Yudisum Pascasarjana Program PSDAL Unlam Banjarbaru, Rabu (21/9). Athaillah menambahkan, teknologi sederhana yang ditemukan Husin ini merupakan hal yang berarti bagi masyarakat. Karena itu, diharapkan pemerintah melalui instansi terkait dapat menerapkan hasil temuannya tersebut. rasyid ridho Post Date : 22 September 2005 |