Buang Sampah Sembarangan, Risiko Tanggung Bersama

Sumber:Suara Merdeka - 25 Januari 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

BUANG sampah sembarangan sudah membudaya, bisa jadi seperto korupsi. Orang dengan santai membuang bungkus, puntung rokok, limbah rumah tangga di mana-mana, bahkan sungai menjadi tempat favorit. Sekali buang, hilang.

Namun siapa yang menanggung risiko? Semua orang harus menanggung dampaknya, apalagi ketika bencana banjir datang.

”Mereka yang tidak ikut-ikutan buang sampah sembarangan jadi terkena dampaknya, malah yang membuang kadang-kadang tak ikut menanggung risiko,” ungkap Adhitya Ihsan, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), aktivis Cinema Komunikasi (Ciko).

Melihat kondisi memprihatinkan tersebut, dia dan teman-temannya berupaya melakukan penyadaran dengan membuat film bertemakan sampah. Mereka yang tergabung dalam Ciko menamai filmnya Lebih Baik Sederhana daripada Tidak Sama Sekali.

”Ini wujud keprihatinan dan bentuk sumbangsih kami untuk menyadarkan masyarakat akan arti penting membuang sampah pada tempatnya dan dampak yang timbul karena membuang sampah sembarangan,” papar sutradaranya, Rio Armando.

Dia heran melihat perilaku sebagian masyarakat yang masih saja membuang sampah sembarangan, kendati sudah sering mendengar kabar akibatnya, banjir. Dampak lain, penyakit mudah sekali menular melalui media sampah yang dibuang tidak pada tempatnya.

”Entah karena telah terbiasa atau budaya yang diwariskan para pendahulu, kebanyakan orang memilih untuk membuang sampah sembarangan, meskipun telah disediakan tempat sampah di sekitar kita,” imbuhnya.

Hanya Hiasan Ide cerita berawal dari banyak tempat sampah yang sekadar berfungsi sebagai hiasan. Ada tempat sampah, tapi justru sampah berserakan di sekitarnya.

Alasan yang terkadang digunakan sebagai pembenaran atas kebiasaan membuang sampah sembarangan antara lain tidak ada tempat sampah, jauh, rusak, dan malas.

”Padahal, tidak sulit kan menyimpan puntung rokok, bungkus makanan, atau lainnya sembari berusaha mencari tempat sampah. Sebenarnya banyak tempat, tapi orang malas mencarinya,” tandas Rio.

Dalam film yang diproduseri Rizka Afriana itu digambarkan sekawanan anak kecil yang begitu peduli terhadap persoalan sampah. Mereka membuat tempat sampah sederhana dari kardus untuk menggantikan tempat yang telah rusak agar sampah tidak dibuang sembarangan.

Melalui film itu, Rio ingin menyampaikan bahwa kesadaran harus dibangun sejak dini. Kalau anak-anak yang masih kecil bisa membuang sampah pada tempatnya, sadar dan peduli akan kebersihan, seharusnya orang dewasa malu jika tidak bisa melakukannya.(D19-66)



Post Date : 25 Januari 2010