|
Surabaya memasuki musim kemarau tahun ini, beberapa desa di Tuban dan Bojonegoro mulai kesulitan air bersih. Banyak sumur sudah mengering. Akibatnya, mereka rela membayar orang, untuk mencari air sampai keluar desa. Pondok Darud Tauhid di Desa Sumberagung Kecamatan Dander, Bojonegoro Jumat ( 02/9/2005 ) terpaksa meminta kiriman air ke Kantor Badan Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Sosial Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Karena sumur di Pesantern tak mencukupi kebutuhan sehari hari. Sejumlah desa, seperti Desa Selogabus, Suciharjo, Mojomalang, di Kecamatan Parengan, Tuban, sejak 2 minggu terakhir warga terpaksa mencari air bersih untuk mandi, mencuci, dengan membuat belik ( sejenis sumur ) di sungai yang telah mongering. Beberapa hari lagi belik ini sudah tidak akan mengeluarkan air, sehingga mereka harus mencari ke tempat lain, kata Honi, penduduk Sucuharjo, Honi, yang memiliki 3 sumur pompa, dua diantaranya di depan rumah, selalu diserbu warga Desa Mojomalang, Suciharjo, dan Selogabus. Mulai pagi hari hingga tengah malam warga di tiga desa itu, terus berdatangan di rumahnya. Dengan mengendarai sepeda onthel menempuh perjalanan 2-3 km untuk mendapatkan air bersih. Kalau malam hari bisa berkumpul 50 orang, antri memompa air, kata Honi. Menurut Samijo dan Bagiyo, penduduk Mojomalang, sebagian warga di desanya ada yang mencari ke sumur milik Honi, ada juga yang mencari sampai ke sumur tengah hutan yang dibuat Perhutani. Saya bisa balik kesini 5 sampai 6 kali dalam sehari,tutur Samijo sambil memompa air di rumah Honi. Hal itu juga dilakukan oleh Bagiyo, seperti yang dituturkannya. Post Date : 06 September 2005 |