BMKG: Waspadai Banjir

Sumber:Kompas - 22 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Kendal, Kompas - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Jawa Tengah memperingatkan masyarakat agar waspada terhadap ancaman banjir pada akhir Desember 2008 karena telah memasuki musim angin barat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah curah hujan di dataran rendah dan pegunungan.

”Warga masyarakat di kawasan pantai utara Jawa Tengah, khususnya daerah rawan banjir, agar waspada. Musim angin barat bisa terjadi hingga akhir Januari 2009, yang juga bisa menimbulkan gelombang tinggi 3-4 meter di perairan Laut Jawa,” kata M Chaeran, Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Semarang, Minggu (21/12).

Menurut Chaeran, curah hujan yang tinggi dikhawatirkan juga akan memicu terjadinya longsor di kawasan pegunungan.

Salah satu indikator menjelang musim angin barat adalah awan banyak berembus ke utara dengan kondisi udara bertekanan 1.002 mililiter. Hal itu didukung dominasi angin Muson dan pertemuan angin arah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik di sebelah barat yang banyak membawa uap air.

Selama angin barat berlangsung, intensitas curah hujan di dataran rendah kawasan pantura diperkirakan 400-600 milimeter (mm) per bulan, sedangkan kawasan pegunungan intensitasnya lebih tinggi dari 6.000 mm per bulan.

Daerah rawan

Daerah yang curah hujannya mencapai 400 mm lebih bisa terjadi di Kudus, Demak, Semarang, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Brebes. Kemudian terjadi pula di wilayah tengah, seperti Temanggung, Magelang, Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Solo, dan Sukoharjo serta sekitarnya.

Dengan intensitas curah hujan meninggi itu, M Chaeran mengingatkan agar masyarakat di daerah rawan banjir dan rawan longsor untuk waspada. Jalan yang rawan banjir di jalur pantura layak diwaspadai, terlebih lalu lintas yang diperkirakan padat menjelang libur Natal dan Tahun Baru 2009 yang berlangsung mulai 24 Desember hingga awal Januari 2009.

Menurut Rohadi (40), sopir truk bermuatan kebutuhan pokok yang ditemui sedang istirahat di jalan lingkar Kaliwungu, Kendal, hujan akhir-akhir ini juga merusak sejumlah ruas jalan.

Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (Dishubkominfo) Jateng Kris Nugroho mengatakan, kawasan Kaligawe, Semarang, menuju Demak juga rawan banjir, kemudian ruas jalan Pekalongan-Pemalang dan ruas jalan Kota Brebes ke arah Tanjung. Di jalur selatan, daerah rawan banjir ada di Buntu, Kroya, Banyumas, sebagian daerah Gombong menuju Kebumen serta ruas jalan di Kutoarjo, Purworejo.

Penambangan pasir

Di kawasan Gunung Merapi, penambangan pasir terus berlangsung meski sudah ada imbauan dari Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, untuk menghentikan penambangan. Para penambang tidak memedulikan imbauan tersebut. Padahal, imbauan Pemerintah Kabupaten Boyolali tersebut bertujuan menjaga keselamatan penambang karena daerah itu rentan banjir lahar dingin saat musim hujan.

Aktivitas penambangan terbesar berada di Kali Apu, Desa Klakah, Kecamatan Selo, berjarak sekitar 10 kilometer dari puncak Gunung Merapi, seperti terlihat Sabtu (20/12). Penambangan pasir dan batu berlangsung pula di Kali Juweh, jalur aliran lahar.

Paryono (35), warga Desa Tlogolele, mengaku sudah mengetahui imbauan tersebut, tetapi itu merupakan nafkahnya. Setiap hari dia bisa mengumpulkan uang Rp 30.000-Rp 40.000 dari menjual pasir dan batu. Menurut Sian (50), warga Desa Klalah, di Kali Apu terdapat sekitar 100 penambang yang berasal dari dua desa.

Bupati Boyolali Sri Moeljanto saat dihubungi mengaku belum mendapat laporan bahwa aktivitas penambangan ini masih berlangsung meski sudah dilarang. Sebelumnya Camat Selo sudah diminta untuk meneruskan imbauan tersebut kepada para penambang di Kali Api dan Kali Juweh. (WHO/GAL)



Post Date : 22 Desember 2008