|
JAKARTA - Warga DKI Jakarta diminta mewaspadai banjir pada awal Januari. Sebab, berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), curah hujan dengan intensitas yang tinggi akan terjadi 2-3 Januari 2005. "Dengan demikian peluang banjir pada beberapa daerah di DKI Jakarta mungkin akan terjadi," ujar Klimatolog BMG, Endro Santoso, kepada Pembaruan, di Ja-karta, Senin (27/12). Pada saat itu, kata Endro, bahaya badai diprediksi tidak akan terlalu kuat. Hanya saja masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah rawan banjir, perlu waspada terhadap turunnya curah hujan dengan intensitas tinggi. "Gangguan yang mungkin terjadi pada saat itu hanya bersifat sporadis, atau bukan akibat adanya indikasi badai. Tetapi masyarakat tetap harus waspada," tutur-nya. Sementara itu, lanjut dia, khusus untuk malam tahun baru atau tanggal 31 Desember 2004 sampai 1 Januari 2005, berdasarkan pemantauan BMG, curah hujan di DKI Jakarta masih relatif aman. "Pada malam tahun baru curah hujan dengan intensitas tinggi tidak terjadi atau tidak terlihat adanya kondisi yang terlalu ekstrim," ucapnya. Hanya saja, kata Endro, pada saat itu kondisi tinggi permukaan laut di daerah Tanjung Priok atau pantai utara (Pantura), DKI Jakarta, terlihat ada indikasi naik. Indikasi tersebut sudah mulai terlihat sejak tanggal 25 Desember lalu. Tingginya permukaan laut di Tanjung Priok ini apabila diiringi dengan adanya curah hujan dengan intensitas tinggi di daerah hulu (Puncak, Bogor) bisa mengakibatkan beberapa daerah di DKI Jakarta bagian utara terendam air. Menurut Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi Subdin Kesiagaan Dinas Tramtib dan Linmas Provinsi DKI Jakarta, Heru J Santoso, hingga Senin ketinggian pos pemantau pintu air Krukut Hulu telah berada di atas normal. Debit air di pos pemantau Krukut Hulu ini telah mencapai 144 cm, normalnya 100 cm. Sedangkan debit air pada pos pemantau Pesanggrahan yang sejak Minggu hingga Senin siang sempat berada di atas normal, yaitu mencapai 170 cm, pada Senin sore mulai menurun menjadi 100 cm, atau berada di bawah normal (150 cm). Kedua pos pemantau itu hingga saat ini berada pada status siaga III. Untuk itu, beberapa kelurahan yang berada di sekitar pos pemantau tersebut diminta untuk waspada. Terlebih apabila ketinggian air di kedua pos pemantau tersebut terus naik. "Apabila ketinggian air di pos Pesanggrahan mencapai 250-350 cm dan di Krukut Hulu mencapai 200-300 cm, maka kemungkinan beberapa daerah di sekitar itu akan terendam air," katanya. Tetapi, kata dia, banjir baru akan terjadi apabila ketinggian air di pintu-pintu air atau pos pemantau diiringi dengan curah hujan lokal yang tinggi di Jakarta dan hulu, serta kondisi air laut yang pasang. "Apabila cuma debit air yang tinggi di pintu air tapi tidak diiringi dengan intensitas curah hujan yang tinggi, maka kemungkinan hanya sebagian daerah saja yang akan terendam air," tutur Heru. Menurut dia, khusus di sekitar daerah Kali Krukut, beberapa kelurahan telah berada dalam status siaga dua. Kelurahan-kelurahan di Jakarta Barat yang siaga dua di antaranya Grogol, To-mang, Jati Pulo, Kota Bambu Selatan, Kota Bambu Utara, Slipi, Krukut, Angke, Duri Selatan, Duri Utara, Jembatan Besi, Jembatan Lima, Kali Anyar, Krendang, Pekojan, Roa Ma-laka, Tambora, dan Tanah Sareal. Sedangkan kelurahan di Jakarta Pusat yang masuk dalam status siaga dua akibat meningginya pos pemantau Krukut Hulu adalah Cideng, Duri Pulo, Petojo Selatan, Petojo Utara, Bendungan Hilir, Gelora, Kampung Bali, Kebon Kacang, Kebon Melati, dan Petamburan. Di Jakarta Selatan daerah rawan genangan meliputi Cilandak Barat, Cipete Selatan, Gandaria Selatan, Pondok Labu, Cipete Utara, dan Gandaria Utara. (Y-6) Post Date : 28 Desember 2004 |