BLORA, KOMPAS - Memasuki pertengahan musim kemarau, warga 185 desa dan 12 kelurahan dari 295 desa dan kelurahan di 14 kecamatan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mengalami krisis air bersih.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kabupaten Blora Waluyo, Rabu (9/9) di Blora, memperkirakan, kebutuhan air warga Blora selama musim kemarau, Juli-Oktober, sekitar 1.360 tangki.
Dinas tenaga kerja transmigrasi dan sosial mencatat Pemerintah Kabupaten Blora bekerja sama dengan Badan Koordinasi Lintas Wilayah I Pati baru memasok 256 tangki kapasitas 5.000 liter pe tangki. Mobil Cepu Limited membantu 348 tangki dan 20 tandon air kapasitas 5.200 liter per tandon.
” Jika musim kemarau berlangsung lama, kebutuhan air makin melonjak. Pemkab Blora tak bisa mengatasi sendiri dan membutuhkan bantuan instansi lain serta perusahaan swasta,” katanya.
Tahun ini Pemkab Blora menganggarkan Rp 140 juta untuk pengadaan air bersih bagi desa-desa yang kekurangan air.
Nasirun (40), warga Dukuh Kajangan, mengemukakan, sumur warga kering sejak pertengahan Agustus. Warga terpaksa membeli atau mencari air di desa lain sejauh 0,5-1 kilometer.
”Tiap hari saya perlu empat jeriken air untuk minum, mandi, cuci, kakus, dan minum ternak,” katanya.
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Blora membentuk Dewan Sumber Daya Air. Tugasnya mencari solusi kesulitan air di Blora.
Anggota Dewan Sumber Daya Air antara lain Badan Lingkungan Hidup, dinas pertanian, dinas kehutanan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Menurut Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Blora Adi Purwanto, sumber air di Desa Telogotuwung dan Getas, Kecamatan Randublatung, telah dikaji. Pemkab telah mengebor sumber air tanah di Desa Getas untuk digunakan masyarakat. Sumber air yang belum dikaji berada di Desa Watuputih, Kecamatan Bogorejo, dan di kawasan karst Pegunungan Kendeng Utara, Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan.
Direktur PDAM Tirta Amerta Eko Budi Resetiawan mengemukakan, PDAM telah mengantongi izin pemanfaatan air Bengawan Solo 300 liter per detik. Saat ini PDAM baru memanfaatkan 60 liter per detik air Bengawan Solo untuk daerah Cepu.
Sisanya akan dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan air di Kecamatan Sambong, Jiken, Jepon, dan Blora. Namun, biayanya sangat tinggi karena harus memasang pipa air Cepu- Blora dan membangun instalasi pengolahan air. (HEN)
Post Date : 10 September 2009
|