|
BLORA (MI): Sebanyak 15 kecamatan di Blora, Jawa Tengah, dan tujuh kecamatan di Ngawi, Jawa Timur, dilanda kekeringan. Kekeringan yang melanda Kabupaten Blora, Jawa Tengah, semakin meluas. Dari 16 kecamatan yang ada, 15 di antaranya telah dilanda kesulitan air bersih. Sumur warga telah mengering, warga juga terpaksa membeli air bersih atau harus mencari tempat yang cukup jauh. Pemantauan Media Indonesia di Blora, kemarin, lokasi kekeringan dan kesulitan air bersih semakin meluas. Ratusan ribu keluarga terpaksa membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup. Bahkan, kesempatan itu banyak dimanfaatkan warga untuk menjual air bersih yang didatangkan dari daerah lain dengan menggunakan truk tangki dan jeriken. "Kami terpaksa membeli air bersih dari warga yang menjual keliling Rp4.000/jeriken berisi 20 liter sehingga untuk kebutuhan air bersih rata-rata harus keluar uang Rp12 ribu/hari karena sumur benar-benar kering," kata Sumaryati, 38, warga Ngawen, Blora. Di Ngawi, Jawa Timur, dilaporkan, 60% lahan pertanian tidak bisa ditanami padi dan 1.400 hektare tanaman padi puso. Tujuh kecamatan yang mengalami krisis air bersih yaitu Kecamatan Karanganyar, Pitu, Bringin, Padas, Gerih, Karangjati, dan Kecamatan Kasreman. Wakil Bupati Ngawi Budi Sulistyono yang dimintai konfirmasinya membenarkan tujuh kecamatan di Kabupaten Ngawi mulai krisis air bersih. Untuk membantu warga yang kesulitan mendapatkan air bersih, pemkab mendistribusikan air bersih dan membangun embung (waduk) dan sumur-sumur pompa. Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai menyusun strategi mengantisipasi dampak kekeringan yang mulai melanda daerah itu. Asisten Administrasi Pembangunan Setda NTT Partini Harjokusumo mengatakan strategi tersebut mencakup pembangunan infrastruktur jangka pendek dan jangka menengah. (AS/AG/PO/TS/LD/N-3) Post Date : 23 Juli 2008 |