Bisnis Daur Ulang Sampah Mulai Tak Sehat

Sumber:Koran Tempo - 26 Mei 2011
Kategori:Sampah Luar Jakarta

YOGYAKARTA - Pengolahan sampah plastik di Kota Yogyakarta semakin menjadi persaingan bisnis yang tidak sehat. Akibatnya, semangat mendaur ulang sampah mulai menurun. Bahkan produsen kerajinan sampai mendatangkan bahan baku sampah dari luar Kota Yogyakarta.

"Semangat warga untuk mendaur ulang sampah menurun hingga 50 persen. Sebab, arah persaingan bisnis pengolahan sampah sudah tidak positif. Masak sampai mendatangkan sampah dari luar kota, seperti Sleman, Magelang, Klaten, dan kabupaten lain di sekitar Kota Yogyakarta. Masalahnya, sampah di dalam kota masih menggunung," kata Kirtijadi, Ketua Jari Polah (Jejaring Pengolahan Sampah), dalam workshop pengolahan sampah kemarin.

Kirtijadi menambahkan, pada awalnya daur ulang sampah untuk barang kerajinan bertujuan mengurangi sampah plastik menjadi kerajinan dan sampah organik menjadi kompos. Namun pada kenyataannya, semangat bisnis lebih menonjol dibanding semangat mengurangi limbah.

Persaingan itu pun dirasakan anggota Jari Polah, yang mengkoordinasi semua pengolah sampah di 647 RW se-Kota Yogyakarta. Masyarakat yang sudah bisa menikmati hasilnya secara ekonomi berubah sikap. Semangat yang semula mengarah pada pelestarian lingkungan berubah menjadi semangat menjual dan berbisnis. Penurunan kesadaran olah sampah itu, menurut Kirtijadi, dirasakan sejak satu tahun lalu.

Karena itu, dia bersama Badan Lingkungan Hidup tak akan berhenti mengkampanyekan pemanfaatan sampah untuk kerajinan. "Bukan hanya dari sisi ekonomi saja." Pengarahannya tidak hanya cara mengolah sampah, tapi juga hingga membuat standar mutu dan harga produk hasil olahan sampah, agar persaingan bisnis lebih sehat.

Faizah, Kepala Subbidang Daur Ulang Sampah Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, mengatakan sebelum ada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah, warga hanya disuruh mengumpulkan sampah lalu dibuang di tempat pembuangan sampah akhir.

Tetapi setelah ada undang-undang itu, warga dilibatkan dalam pengolahan dan pemanfaatan sampah. "Kalau semangat menurun, itu hanya persepsi sebagian orang atau kelompok. Yang pasti kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar selalu semangat dalam peduli sampah," kata dia.

Menurut dia, Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta juga telah mendistribusikan 14.650 unit komposter untuk rumah tangga. Komposter berupa tong-tong untuk menampung sampah organik itu digunakan untuk mengoptimalkan pembuatan kompos dari sampah organik perumahan.

Tahun ini lembaga tersebut juga akan mengadakan komposter komunal, berupa mesin pengiris sampah, sebanyak 16 unit. MUH SYAIFULLAH



Post Date : 26 Mei 2011