|
Banjarmasin, Kompas - Daur ulang khususnya produk-produk plastik di Kalimantan Selatan kini mulai menjadi bisnis yang menjanjikan. Pemerintah dan kalangan perbankan diharapkan memberi perhatian serius terhadap bisnis ini mengingat kegiatan daur ulang memiliki misi lingkungan hidup untuk membersihkan kota dari sampah. Perintis bisnis daur ulang plastik Kalimantan Selatan (Kalsel), Andi Fauzan, yang didampingi Corporate Secretary Division Bank Rakyat Indonesia (BRI) Saifil Chalid, Minggu (12/12) di Banjarmasin, mengemukakan, hingga kini Kalimantan terus bergantung pada produk-produk plastik dari Pulau Jawa. Sampah yang tak bisa diurai secara organik itu terus membanjiri Kalimantan tanpa ada solusi untuk mengatasi atau menguranginya. "Karena itu, saya berinisiatif untuk mendaur ulang sampah-sampah plastik itu mengingat di Kalimantan sangat jarang ada kegiatan seperti ini," ungkap Andi. Di Kalsel, Andi memastikan kegiatan daur ulang yang dilakukannya merupakan yang pertama kalinya. Tiap hari Andi menampung sampah plastik dari berbagai tempat pembuangan akhir sampah yang dikumpulkan para pemulung. Sampah plastik yang dikumpulkannya terutama yang mengandung high density poly-ethylene (HDPE). "Sampah plastik itu kemudian saya proses menjadi produk berguna seperti kantong plastik," ujar Andi. Kantong plastik itu lalu dipasarkan di Kalimantan dan hingga kini produk plastik daur ulang miliknya tak kalah bersaing dengan produk plastik dari Pulau Jawa. Dikatakan, potensi pemasaran plastik hasil daur ulang memang menjanjikan. Namun, kini pihaknya terkendala pasokan bahan baku akibat belum terkoordinasinya sistem pengumpulan sampah di Kalimantan. "Satu bulan saya bisa produksi sampai 30 ton, tetapi yang tersedia baru berkisar 15 ton sampai 20 ton," tutur Andi yang bermitra dengan BRI Martapura, Kabupaten Banjar. Terkendala modal Walaupun sudah mendapat pinjaman modal dari BRI, Andi mengaku jumlah kredit yang dikucurkan belum memadai. Tanpa mau menyebutkan nilai kredit yang diterimanya saat ini, Andi menyatakan, jika ingin daur ulang benar-benar bisa menyelesaikan permasalahan sampah plastik di Kalimantan, setidaknya butuh modal miliaran rupiah. Andi menandaskan, investasi miliaran rupiah tidak akan terbuang percuma karena kegiatan itu selain menjanjikan keuntungan, juga bisa mengatasi masalah sampah plastik serta bisa menciptakan lapangan kerja. "Dengan daur ulang, produk yang dihasilkan 70 persen lebih murah dan kota kita bersih dari sampah," paparnya. Hanya saja, Andi mengeluhkan suku bunga perbankan sektor industri yang terlampau tinggi, yakni hingga 16 persen. "Padahal, industri itu padat karya dan memenuhi hajat hidup orang banyak, tetapi justru bunganya lebih tinggi dibanding sektor konsumsi. Saya harap pemerintah memperhatikan masalah ini," lanjutnya. (AMR) Post Date : 13 Desember 2004 |