|
BINJAI(SINDO) Berkat kerja semua pihak, akhirnya Kota Binjai berhasil mendapatkan penghargaan umum juara kedua Penilaian Cipta Karya Subbidang Penyelenggaraan Sanitasi kategori kota sedang/kecil. Penghargaan ini didasarkan hasil Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah (PKPD) yang dilakukan tim Direktorat Jenderal Pekerjaan Umum (Dirjen PU), Departemen Pekerjaan Umum. Penetapan ini disampaikan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto dalam sambutannya yang dibacakan Dirjen PU, Ir Ismono saat penyerahan penghargaan, kemarin, di aula Pemko Binjai. Menurut Ismono,ditetapkannya Binjai sebagai juara kedua dikarenakan fasilitas sanitasi lingkungan (sampah,air limbah, dan drainase) sudah cukup baik. Apa lagi, pemerintah lewat Subdin Kebersihan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan selama ini selalu tanggap terhadap keluhan masyarakat. Termasuk juga didukung perda yangcukup memadai,paparnya. Dia sangat berharap, pada masa mendatang kota ini dapat lagi meningkatkan pengembangan komponen drainase. Paling tidak,pada 2010 Binjai yang merupakan kota sedang sudah dapat melaksanakan metode lahan uruk terkendali untuk pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Pada kategori ini,pemenang pertama berhasil di raih Mataram, NTB. Sementara posisi kedua diraih Kediri, Jateng sebagai juara ketiga. Namun, prestasi itu belum membuat Wali Kota Binjai Ali Umri merasa puas. Saat memberikan sambutan, dia mengatakan mengapa hanya mampu meraih posisi kedua. Padahal, jumlah penduduk Binjai cukup besar dan sudah sangat baik dalam pengelolaan kebersihan.Apa mungkin ada rekayasa dalam penentuan pemenang, ucap dia dengan nada tanya. Saat ini luas wilayah Binjai mencapai 9,62 ribu hektare. Sementara jumlah penduduk 240 ribu jiwa. Bila dibandingkan dengan kota bertaraf sedang lainnya, sambung dia,maka Binjai jauh lebih baik. Apalagi berbagai penghargaan sebelumnya di bidang lingkungan sudah sering diterima. Penghargaan Adipura sudah tujuh kali berhasil kita dapatkan, ujarnya, Pada bagian lain dia mengatakan, sistem pengolahan sampah kini seluas 13 ha. Jika memungkinkan, di Kota Binjai akan dibentuk Kawasan Industri Sampah (KIS), maka luasnya dapat ditingkatkan menjadi 650 ha. Selama ini masyarakat sudah terbiasa memilah jenis sampah organik dan nonorganik. Sampah secara alami dipisahkan pemulung yang memanfaatkan barang tak berguna itu dan dijual ke pabrik untuk bahan baku daur ulang sehingga di sini sedikit ditemui sampah, papar Ali Umri. Sementara itu, Dirjen PU Ir Ismono seusai acara kepada wartawan mengatakan, penilaian yang dilakukan oleh PKPDPU tidak ada unsur rekayasa. Kita tidak merekayasa data hasil PKPD-PU, sebab LSM dan perguruan tinggi juga ikut memberikan penilaian,jelasnya. Menurut Ismono Binjai sudah baik dalam pengembangan pengolahan sampah menjadi kompos. Namun, Mataram kondisinya lebih baik lagi. Namun sebagai kota sedang Binjai sudah baik karena Mataram adalah ibukota Provinsi NTB,sedangkan Binjai hanya ibu kota kabupaten/kotaujar Ismono. Kelemahan Binjai sehingga tak mampu menjadi juara pertama, lanjutnya, disebabkan kurangnya unsur reduction, yaitu sistem pengurangan sampah. Termasuk juga unsur reuse dan recycle, yaitu sistem penggunaan atau pengolahan sampah menjadi bahan yang bermanfaat. (eko agustyo fb) Post Date : 28 Maret 2007 |