Bidik Sampah Untuk Pembelajaran

Sumber:Jawa Pos - 20 September 2008
Kategori:Sampah Luar Jakarta

MALANG - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menyeriusi pemanfaatan energi alternatif untuk materi pembelajaran sekaligus pengabdian masyarakat. Setelah mikro hidro, kali ini UMM membidik sumber energi dari sampah. Utamanya sampah yang ditimbun di lokasi pembuangan akhir (LPA) system sanitary landfill. Timbunan sampah menghasilkan gas metan yang bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar alternatif.

Bekerja sama dengan Unesco-IHE, perguruan tinggi swasta (PTS) terbesar di Malang ini kemarin menggelar kursus manajemen pengelolaan sampah (solid waste management). Pematerinya adalah dua orang bule dari Belanda, Maarten A. Siebel Ph.D (Unesco-IHE) dan Ir Matsen Jorritsma. Peserta kursus dua semester itu adalah mahasiswa teknik dan mahasiswa fakultas ekonomi terseleksi.

Kepala CEERD (center for energy and environmental regional development) UMM Bambang Widagdo mengatakan, pihaknya punya dua target saat memasukkan manajemen sampah dalam pembelajaran.

Jangka pendek adalah memahamkan mahasiswa akan pentingnya manajemen sampah. Sampah nantinya akan selalu mereka temui dan di tumpukan sampah ada nilai positif dan negatifnya. Sepanjang hari, setiap manusia akan menghasilkan sampah rumah tangga. Dan selama 24 jam juga, setiap industri dan kegiatan usaha juga menghasilkan sampah. Agar tidak menimbulkan banyak dampak negatif, sampah-sampah itu harus dikelola dan dimanfaatkan.

Tujuan jangka panjang, memunculkan manajer-manajer sampah yang punya kemampuan profesional. Kemampuan manajemen sampah itu diperlukan karena setiap kota/kabupaten di Indonesia selalu ada tumpukan sampah. Perlu manajer sampah untuk bisa mengelola barang buangan menjadi energi dan barang bermanfaat. "Manajer sampah itu juga lapangan kerja. Dari kursus ini, peserta mendapatkan sertifikat sebagai pengelola sampah," ungkap dekan fakultas ekonomi UMM ini.

Dalam presentasi pembukanya, Maarten A. Siebel memaparkan tentang dampak metan terhadap laju pemanasan global. Gas metan punya pengaruh 20 kali lebih cepat dibanding CO2 untuk meningkatkan pemanasan global. Untuk itu harus dimanfaatkan dengan cara dibakar.

Pemanasan global akan berdampak buruk bagi banyak sektor, utamanya pertanian. Bahan baku akan sulit didapat dan akan memengaruhi stabilitas ekonomi. (yos/lia)



Post Date : 20 September 2008