|
Keberhasilan kegiatan air bersih dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (WSLIC-2) sangat dirasakan manfaatnya oleh warga Desa Aikmel Utara, Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Kini masyarakat bisa mandi tiga kali sehari. Sebelumnya, hanya satu kali sehari. Jumlah jamban keluarga juga makin bertambah. Selain itu, dengan tersedianya air yang dialirkan ke masjid, maka jumlah jamaahnya kini makin bertambah. Jamban sekolah juga menjadi berfungsi. Dengan mudahnya mendapat air bersih, perumahan penduduk yang dulu terpencar sekarang menyatu. Fasilitas yang berhasil dibangun adalah perpipaan gravitasi sepanjang 8.090 meter yaitu pipa transmisi 5.054 meter dan pipa distribusi 3.026 meter, dua buah bak pelepas tekan, 2 buah bak bagi, 15 bak umum di kampung Montor Lekong, Kekuang dan Sampet, 13 unit jamban keluarga, dua unit jamban sekolah, serta satu unit jamban umum Disamping itu dilaksanakan pula kegiatan UKS, PHBS, pelatihan pemberdayaan dan lain-lain. Tokoh masyarakat setempat, Suburiyah, mengatakan warga merasa bersyukur. Dengan adanya air, sholat menjadi lancar dan masjid ramai dikunjungi. Anak-anak sekolah tidak terlambat lagi, dapat mandi dan cuci muka dengan air yang mudah didapat. Mereka pun dapat melakukan kegiatan ekonomi produktif seperti menanam tomat, cabe, dan sebagainya."Lihat itu, tanaman menjadi subur berkah air," ujarnya. Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes, Dr I Nyoman Kandun, MPH, mengatakan, WSLIC-2 ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat. Cirinya adanya rasa memiliki (sense of belonging), manajemen oleh masyarakat sendiri, serta penghimpunan dana dari dan oleh masyarakat. "Mereka menyusun rencana desa dan melaksankannya sendiri. Dana juga mereka kumpulkan sendiri. Pengelolanya juga dari mereka. Ini untuk menciptakan rasa memiliki. Inilah ciri masyarakat yang berdaya," katanya. Untuk mencapai itu, katanya, dibutuhkan waktu dan kesabaran. Kuncinya adalah jangan memberi informasi yang bias kepada masyarakat dan jangan beri arahan-arahan. "Biarkan masyarakat seperti anak kecil yang lagi belajar berjalan, jatuh dan bangun.Kita jangan beri arahan dan instruksi," tandasnya. Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas, Ir. Basah Hernowo MA, mengungkapkan, WSLIC-2 berbeda dengan program pemberdayaan masyarakat yang lain, karena ada sharing dari masyarakat. Ini perlu untuk meningkatkan sense of belonging. Dulu, katanya, banyak kesalahan dalam perencanaan program sehingga tidak berkelanjutan (sustainable). Karena masyarakat merasa proyek yang dibangun milik pemerintah dan bukan milik mereka. "Alhamdulillah hasilnya cukup berhasil. Kedepan kita ingin kembangkan TKM yang sudah dibentuk tidak hanya untuk program saja, tetapi juga untuk kepentingan ekonomi. Dan pemerintah nanti akan memberi stimulan dalam bentuk bantuan modal" ujarnya. Post Date : 19 Juli 2005 |