|
Kontur kota Takengon, Aceh Besar, yang berada di perbukitan memang jarang dilanda banjir. Hanya, beberapa kawasan di pinggir Danau Laut Tawar dan Sungai Peusangan sering terendam air akibat hujan yang turun terus-menerus. Namun, lain halnya dengan kejadian akhir Februari 2012 lalu. Hujan yang turun sejak pagi sampai keesokan pagi menyebabkan beberapa rumah kebanjiran karena ketidakmampuan drainase kota menampung air. Drainase yang sudah dangkal akibat endapan lumpur dan pasir, ditambah sampah yang terbawa air, membuat salur¬an tersumbat. Akibatnya, air meluap dan menggenangi permukiman. Siapa yang tidak terkejut saat mengetahui rumahnya tiba-tiba tergenang air, padahal selama ini tidak tersentuh genangan. Itulah yang dihadapi keluarga Mak Atun, warga yang tinggal di Jalan Almuslim, Takengon. Mak Atun yang membuka usaha wa¬rung makanan ringan sekaligus menerima penitipan anak sempat panik saat melihat air terus masuk ke rumahnya. Tiba-tiba, halaman rumahnya sudah dipenuhi air sebatas paha. Rumah penduduk lainnya juga kebanjiran. Wanita separuh baya ini berlari ke dalam untuk menyelamatkan delapan anak yang dititipkan di rumahnya. Sementara suaminya, bersama tetangga, berusaha membersihkan drainase yang tersumbat. Hampir satu jam lebih masyarakat setempat membersihkan drainase yang tersumbat, tetapi tidak membuahkan hasil. Memang, sejak ditutup dengan beton, drainase sangat jarang dibersihkan dari sampah. Kondisi drainase baru diketahui setelah penutupnya dibuka dan ditemukan banyak sekali sumbatan sampah dan endapan pasir. Sejak itu, warga mulai mewaspadai musim hujan dengan membersihkan drainase setiap Jumat dan Minggu pagi. Tanpa dikomando, aktivitas membersihkan drainase sudah menjadi tradisi warga. Alhasil, dalam kondisi hujan sangat lebat sekalipun, tidak pernah terjadi luapan air. Warga bisa tidur nyenyak dan tidak khawatir kebanjiran. Syukri Muhammad Syukri Post Date : 05 Desember 2012 |