|
Permukiman di RW 08 Kelurahan Petojo Utara, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat, menjadi salah satu dari segelintir kawasan di Jakarta maupun di Indonesia yang sukses menerapkan program kali bersih. Memasuki kawasan ini, Sabtu (1/9), sedikitnya tiga sampai belasan pot berisi tanaman berjajar di depan rumah. Di lantai dua rumah-rumah warga pun bertengger pot-pot tanaman, antara lain tanaman keras seperti mangga hingga jenis tanaman hias mahal seperti adenium. Tidak terlihat sampah berserakan, apalagi saluran air macet. Di depan setiap rumah terdapat tempat cuci tangan yang terbuat dari kaleng cat bekas. Tempat cuci tangan ini dilengkapi dengan sabun dan air bersih. Anak-anak yang pulang sekolah atau sehabis bermain terbiasa mencuci tangan dan kaki sebelum masuk ke rumah. RW 08 pun ditetapkan sebagai potret keberhasilan pengelolaan sanitasi perkotaan tahun 2007 oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Hobi baru Irwansyah yang menjabat Ketua RW 08 sejak tahun 1997 menyatakan, kala itu RW 08 adalah kawasan permukiman yang tergolong kumuh dan miskin. Menurut dia, wilayah ini terdiri dari 14 RT, memiliki 735 kepala keluarga atau total 2.966 orang. Hanya 60 persen warganya yang tamat sekolah menengah atas, sisanya bahkan ada yang tidak sekolah. Sebagian besar warga RW 08 juga tergolong masyarakat ekonomi menengah ke bawah. "Anak-anak kecil hingga dewasa seenaknya buang hajat di got-got dan Kali Krukut. Sampah dilempar ke sungai dan menyesaki saluran air. Warga asing dengan penghijauan. Penyakit diare dan demam berdarah menjadi langganan kami," kata Irwansyah. Berlatar belakang buruknya lingkungan, RW 08 dipilih sebagai kawasan percontohan Program Kali Bersih yang didanai USAID dan swadaya masyarakat. "Program mulai digulirkan Mei 2006. Pendamping warga adalah lembaga swadaya masyarakat mitra USAID dan para tokoh masyarakat, termasuk ketua RW dan 14 ketua RT. Mereka diharuskan memberikan contoh langsung kepada masyarakat. Pendekatan dilakukan kepada setiap warga, setiap kepala keluarga," kata Irwansyah. Program rutin yang dilakukan adalah membersihkan Kali Krukut dari sampah dan endapan lumpur dua-tiga bulan sekali. MCK dipindahkan dari pinggir kali ke dalam rumah dengan sumber air bersih dari sumur bor atau sumur pompa. Selama masa pelaksanaan program, empat LSM mitra USAID aktif mendampingi masyarakat, yaitu Mercy Corps, Environmental Services Program, Health Services Program, dan Safe Water System. Bersama empat LSM tersebut, warga membangun sedikitnya lima lokasi MCK umum, meliputi WC dan kamar mandi, termasuk kamar mandi ibu dan anak yang lebih lapang sehingga bisa untuk mencuci pakaian. Salah satu MCK yang dibangun di RW 08 Petojo Utara adalah MCK++, yaitu MCK yang dilengkapi unit pengolahan limbah. Sabtu kemarin, MCK++ yang terletak di RT 02 RW 08 itu diresmikan penggunaannya oleh Director Basic Human Services USAID Indonesia Jeff Ashley didampingi Wali Kota Jakarta Pusat Muhayat. MCK++ ini dilengkapi dengan teknologi Decentralized Wastewater Treatment System (DEWATS). Dengan teknologi ini, 90 persen air limbah dapat dimurnikan kembali. "Pengolahan air buangan, termasuk air sisa mandi dan cucian, dengan baffle reactor. Juga disediakan biodigester, pengolah tinja secara anaerob dan mampu menghasilkan biogas. Biogas ini bisa dimanfaatkan untuk bahan bakar di tingkat rumah tangga," kata Irwansyah. Ketua RT 02 RW 08 Hasan (50) mengakui, MCK bersih dan berteknologi canggih ini merupakan hal baru bagi warga. Perawatan pascapembangunan menjadi tantangan bagi mereka. Namun, Irwansyah dan Hasan yakin warga tidak akan menyia- nyiakan fasilitas modern ini karena 30 persen dana pembangunan berasal dari uang yang dikumpulkan secara sukarela dari masyarakat. Bersih-bersih lingkungan sekitar sudah menjadi hobi warga RW 08, bukan lagi kewajiban yang membebani. Keberhasilan RW 08 rupanya menular ke RW-RW tetangga. Kini, RW 02 Petojo Utara mulai berbenah secara swadaya tanpa bantuan pihak mana pun. (NELI TRIANA) Post Date : 02 September 2007 |