|
Surabaya - Surya-Judul di atas tidak mengada-ada. Warga Surabaya memang harus bersiap-siap mengonsumsi air laut. Sebab, jumlah konsumen dan pemakaian air semakin meningkat, sementara debit air sungai pemasok utama PDAM menurun. Saat ini, PDAM Surabaya benar mengalami krisis air bersih. Padahal, musim hujan sedang berlangsung. Perusahaan daerah ini semakin gelisah. Sebab, persoalan kualitas bahan baku air saja belum tuntas, kini debit Kali Surabaya (sumber utama PDAM) menurun. Sementara pengguna air PDAM di Surabaya semakin bertambah. Konsumsi airnya terboros di Indonesia ada di Surabaya. Setiap pelanggan menghabiskan 38 m3/bulan, padahal Jakarta hanya 27 m3/bulan. Mengatasi krisis air bersih, PDAM tengah menyiapkan cara menyulap air laut menjadi air minum. “Memanfaatkan air laut tidak hanya angan-angan. Ini sudah ada, tapi ongkos produksinya sedang kami kaji,” kata Direktur Utama PDAM Muhammad Selim, dalam pertemuan Dewan Kota membahas krisis air di Kantor PDAM Surabaya, Rabu (12/3). Produksi lebih besar dimiliki Pelabuhan Cabang Tanjung Balai Karimun Provinsi Kepulauan Riau. Mereka mengimpor teknologi Dubai (UEA) dengan mengolah air laut untuk kebutuhan kapal berkapasitas 20 ton/jam atau setara 2.000 pengguna. Sementara, Surabaya diperkirakan akan menggunakan tenologi yang lebih kompleks dengan investasi mahal. Karena, saat ini saja kapasitas produksi mencapai 8.830 liter per detik. Tiap tahun, kapastias produksi pasti meningkat, karena saat ini baru 68,3 persen warga Surabaya yang menikmati PDAM. Mulai 2015 Namun, pada 2010 atau sampai 2011, kebutuhan air akan membengkak menjadi 10.830 liter per detik. Artinya, PDAM harus segera mengoperasikan satu instalasi baru yang saat ini sedang digarap, yaitu OPAM Karang Pilang III di Karang Pilang. Namun, instalasi anyar ini bakal tidak sanggup menutupi kekurangan kebutuhan air pada 2013 atau 2014, ketika permintaan menjadi 11.830 liter per detik. Padahal, sejak tahun itu tidak ada pembangunan IPAM baru. Kepala Perum Jasa Tirta Surabaya Widyo Parwanto mengakui, produksi air di aliran Brantas sebagai bahan baku utama PDAM di banyak kota tidak pernah bertambah. Bahkan, di beberapa waduk di hulu Kali Brantas kerap kekurangan air pada musim kemarau. “Sementara permintaan air bersih cenderung meningkat terus,” kata Widyo di tempat yang sama. Tercemar Berat dan Kotor Persoalan yang dihadapi PDAM Surabaya tidak hanya kuantitas pasokan air baku yang menyusut, namun juga masalah lama yang tidak pernah terjawab, yakni pencemaran logam berat industri. Pernyataan tentang kualitas golongan C ini faktanya usang, karena berdasar SK Gubernur 1987. Padahal, saat ini PDAM mengakui bahwa air produk mereka tidak sesuai lagi untuk baku air minum. Pencemaran limbah industri begitu akut. Bahkan, di awal November 1993, Instalasi Karangpilang PDAM Kota Surabaya sempat berhenti beroperasi akibat Kali Surabaya sangat tercemar limbah pabrik. Kasus pencemaran ini berulang lagi, lima hari PDAM tidak bisa beroperasi maksimal akibat pencemaran parah pada 29-31 Oktober 2007. Direktur Eksekutif Ecoton (lembaga pemerhati Kali Surabaya) Prigi Arisandi, mengatakan, Pemprov Jatim tidak pernah belajar dari pengalaman. Industri pencemar tidak pernah ditindak melalui regulasi yang ketat. Padahal, keberadaan puluhan industri berat di bibir Kali Surabaya menjadi penyumbang limbah terbesar. Sementara langkah hukum tidak memuaskan. “Pencemar yang didakwa melanggar hanya diganjar hukuman sangat ringan,” keluhnya. Dia memberi contoh, hingga sekarang, pencemar logam berat di Kali Surabaya yang terbukti, hanya dipaksa membayar denda maksimal lima juta sesuai perda. Post Date : 13 Maret 2008 |