|
Penyakit diare kembali mewabah di Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, pada musim kemarau ini. Kekeringan membuat banyak sumur di kampung tidak lagi mengeluarkan air. Warga, yang terdesak kebutuhan, terpaksa meminum air sungai atau rawa yang keruh tanpa disaring dengan baik. Padahal, air itu bisa mengandung kuman penyakit. Rabu (13/9) sore itu lumayan cerah dengan sinar matahari yang kemerahan. Sungai Pemulutan di Desa Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, sedang pasang. Sungai kecil itu dipenuhi air sedalam sekitar satu meter. Sejumlah lelaki, perempuan, dan bocah menyerbu tempat pemandian yang tidak jauh dari jalan lintas timur (jalintim) Sumatera Palembang-Indralaya. Mereka mandi dan mencuci secara bersamaan di tepi sungai selebar sekitar enam meter itu. Beberapa ibu rumah tangga mengambil air dengan bak plastik dan membawanya pulang. "Hidup kami sangat tergantung sungai ini. Saat sumur kering, kami mengambil air ini untuk minum. Dulu, sungai ini bersih," kata Cik Noni (42) yang tinggal di tepi Sungai Pemulutan. Wanita itu mengambil sekitar 10 bak air sungai untuk persediaan minum keluarganya setiap hari. Air yang baru diambil ditaburi bubuk kaporit, dengan takaran seperempat sendok kaporit untuk satu bak air. Air lantas diendapkan selama dua hari. Setelah tampak bening, bagian atas air diciduk untuk dimasak. Air bagian bawah yang tercampur lumpur dan berwarna kekuningan dibuang. Bubuk kaporit banyak dijual di toko-toko kampung. Satu bungkus seharga Rp 300. "Kami tahu, air sungai itu sekarang kotor. Jadi, kami mengolahnya sendiri dengan kaporit biar bersih. Itu sudah jadi tradisi sejak dulu," katanya. Yana (30), ibu rumah tangga lain, setiap hari mengambil sekitar 20 bak. Setelah diendapkan dengan cara tradisional itu, air dimasak dan diminum, tanpa disaring lagi. Kecamatan Pemulutan termasuk salah satu daerah endemik. Selama Juli-Agustus ini terjadi 528 kasus. Penyakit itu berkembang akibat kebiasaan warga yang meminum air kurang bersih. Kebiasaan itu terus berlangsung karena warga yang berpenghasilan cekak tidak punya modal untuk membeli air isi ulang yang banyak dijual di pelosok kampung. "Anak saya terkena penyakit diare Agustus, sekarang sudah sembuh. Katanya dia terkena kuman dari air minum yang kurang bersih. Sekarang saya berusaha mengendapkan air lebih lama biar benar-benar bersih," kata Yana. Saat musim hujan, warga Pemulutan berkecukupan air, bahkan terkadang berlebihan sehingga jadi banjir. Air hujan itu biasanya ditampung dalam bak plastik yang ditaruh di atas atap rumah. Air hujan dianggap lebih bersih ketimbang air sungai yang tercampur berbagai limbah industri dan kotoran hewan atau manusia. Apalagi pencemaran sungai makin parah beberapa tahun terakhir ini. (ilham khoiri) Post Date : 14 September 2006 |