Sudah sekitar enam bulan ini sebagian dari sekitar 500 keluarga warga RW 03 di Desa Sura, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, merasakan manfaat kehadiran sebuah pompa air bertenaga surya di kampung itu. Mereka tak lagi harus mencari air bersih hingga pelosok desa sebagaimana dialami sejak lama.
Terlebih pada musim kemarau ini, warga tidak lagi harus antre sampai pukul 01.00 hanya untuk memperoleh dua sampai tiga ember air dari sejumlah belik atau mata air yang letaknya bisa 5 kilometer dari pusat kampung. Namun, seperti bantuan pemerintah pada umumnya, bantuan pompa air bertenaga surya ini bak durian runtuh. Bantuan turun dan masyarakat langsung menikmatinya tanpa dibekali pendampingan untuk memeliharanya.
Bahkan, masalah pendistribusian sepenuhnya ditumpukan kepada seorang warga setempat, Ruswan (40), yang dipercaya sebagai penjaga mesin pompa bantuan dari Pusat Lingkungan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Dilihat dari fungsinya, mesin pompa ini sangat bermanfaat, terutama bagi desa-desa di perbukitan, seperti Desa Sura yang sebagian besar warganya petani tegalan dengan penghasilan minim. Mesin pompa ini beroperasi sebagaimana diharapkan, tanpa perlu biaya tambahan dari masyarakat.
Mesin berkekuatan 600 watt itu memperoleh pasokan listrik secara berkesinambungan setiap harinya hingga 1.300 watt dari sembilan panel tenaga surya. Menurut Ruswan, mesin pompa tersebut telah dirancang sedemikian rupa sehingga secara otomatis beroperasi pada pukul 06.00 saat matahari terbit.
Pompa baru akan berhenti beroperasi jika dua drum berkapasitas 10.000 liter dan tandon di menara air berkapasitas 11,25 meter kubik terisi penuh. Kerja mesin pompa kemudian baru akan benar-benar berhenti sekitar pukul 16.30 atau menjelang matahari terbenam.
Ruswan mengakui, sejauh ini baru satu kali ada perbaikan pada instalasi pompa. Itu pun hanya karena ada kabelnya yang putus. Kerusakan itu langsung diperbaiki oleh teknisi dari Pusat Lingkungan Geologi.
Pendistribusian airnya sudah didukung delapan keran. Namun, harus diakui, jangkauannya masih terbatas. Baru sekitar 200 dari 500 keluarga warga RW 03 di Desa Sura yang sudah menikmati air bersih dari mesin pompa tenaga surya. Itu pun masih sebatas untuk kebutuhan minum dan memasak. Adapun untuk kebutuhan mandi dan lainnya masih harus ke sumber air berjarak sekitar 5 kilometer dari kampung mereka.
Selain itu, bantuan terkesan mengabaikan kemandirian masyarakat penerimanya karena mereka hanya sebagai konsumen, tanpa mengetahui bagaimana memelihara atau merawat sumber mesin pompanya.
”Kami berterima kasih atas bantuan ini, tetapi belum semua warga di RW kami menikmatinya. Sebagian besar warga masih harus pergi jauh mencari air, terutama pada musim kemarau,” tutur seorang warga, Rusinah (33).
Warga lainnya, Manisah (40), berharap teknologi pompa itu diperluas sehingga kian banyak warga setempat yang dapat menikmatinya. (MDN)
Post Date : 11 Agustus 2009
|