|
TUGUMUDA berpindah tempat! Ya, dalam beberapa hari belakangan sejumlah pengendara mobil dan motor yang melintas boulevard kampus Unnes Sekaran Gunungpati, tampaknya akan menyempatkan diri menoleh sejenak ke halaman Gedung Perpustakaan. Di tempat itu, terpacak sebuah bangunan yang serupa benar dengan tetenger Kota Semarang itu. Yang membikin berdecak adalah monumen itu ternyata terbuat dari sampah. Ya, memperingati Hari Bumi Sedunia yang jatuh setiap 22 April, Mahasiswa Pencinta Alam (Mahapala) Unnes menggagas pembangunan replika Tugumuda dari bahan sampah. Mereka menggandeng Jurusan Seni Rupa Unnes untuk mewujudkan gagasan itu. Rencananya, hari ini (26/4) kreativitas itu akan memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri). Kenapa Tugumuda? "Tugumuda merupakan ikon bagi warga Kota Semarang. Pada saat yang sama, sampah merupakan persoalan besar di Ibu Kota Jawa Tengah ini," ujar Ketua Mahapala Unnes Sunarna, kemarin. Sekadar mengingatkan, Tugumuda merupakan salah satu landmark Kota Semarang. Monumen itu didirikan atas prakarsa Badan Koordinasi Pemuda Indonesia, yang peletakan batu pertamanya dilakukan Gubernur Jateng Boediono pada 1950. Selanjutnya, pada 20 Mei 1953, Presiden RI Ir Soekarno meresmikan tengara pengenang heroisme para pelaku Pertempuran Lima Hari di Semarang, 14-19 Oktober 1945. Sunarna menjelaskan, Mahapala hendak menjadikan replika Tugumuda berbahan sampah itu sebagai pengingat bahwa sampah merupakan persoalan besar bagi warga Kota Semarang yang menunggu penanganan. Pembangunan tugu yang berskala 1:1 dengan bangunan aslinya itu memerlukan 78,15 meter kubik sampah. "Sampah yang digunakan terdiri atas plastik, kaleng bekas, botol, dan kertas. Sampah itu diperoleh dari sekitar kampus dan sejumlah instansi di Kota Semarang," imbuh Sunarna. Untuk mengurangi bau, sampah-sampah itu dimasukkan dalam 5.210 kantung plastik ukuran besar dan kecil. Lantas, sampah-sampah yang sudah terkemas ditata sedemikian rupa dalam kerangka tugu setinggi 15 meter yang telah dipersiapkan. Kerangka itu terbuat dari kayu dan papan, serta kawat ram untuk menahan tatanan sampah. Selain pembuatan replika, Mahapala juga menggelar pemasangan tong sampah pada lingkungan kampus serta Kelurahan Sekaran dan sekitarnya. Mereka juga menggelar talk show tentang pengelolaan sampah. Sebelumnya, pada 21 April, Mahasiswa Sastra Pecinta Alam (Matrapala) FS Undip mengadakan peringatan serupa dengan tajuk "Sampah Hari ini Adalah Bencana Masa Depan". Sedari pagi hingga petang mereka memberlakukan kampus Fakultas Sastra sebagai kawasan bebas asap. Semua kendaraan bermotor yang masuk ke pelataran parkir harus dalam kondisi mesin mati.(Achiar M Permana, Rukardi-91) Post Date : 26 April 2005 |