Berburu Air Bersih ke Kaki Bukit

Sumber:Republika - 14 September 2011
Kategori:Air Minum

Kemarau selama dua bulan lebih di wilayah Indonesia membuat pasokan air menyurut. Warga pun kesulitan mencari air bersih. Jangankan untuk mandi, air untuk minum pun sulit didapat. Demi mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari, warga pun harus berusaha keras memasok air dari berbagai tempat, walau jaraknya cukup jauh untuk ditempuh.

Warga Way Gubak, Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, bolak-balik mencari air bersih untuk minum sejauh dua kilometer. Mereka khawatir sumber mata air di kaki Bukit Balau tersebut berkurang akibat tak turun hujan dan dikuras warga. Menurut warga Way Gubak, Suheri (41 tahun), setiap hari warga berduyun-duyun menuju kaki Bukit Balau itu untuk mendapat air. Ini sudah terjadi selama dua bulan terakhir. "Mau ke mana lagi? Air PDAM mati, air laut enggak bisa diminum," tutur bapak berputra dua itu, Selasa (13/9).

Letak Way Gubak tak jauh dari Pantai Teluk Lampung. Meski dekat laut, warga tak bisa memanfaatkan air yang melimpah itu. Air laut pun digunakan hanya untuk mencuci baju dan membersihkan rumah. Karena itu, mereka pun berburu air bersih hingga ke kaki bukit tiap pagi dan petang sambil membawa ember dan jeriken. Usai mandi dan mencuci pakaian di sana, mereka kembali membawa tentengan puluhan liter air ke dusunnya.

Air bersih di sumur warga Kelurahan Gedong Air, Kecamatan Tanjungkarang Barat, pun sudah kering sejak Ramadhan. Mereka pun berburu air bersih ke Bukit Benda sejauh satu kilometer. Di sana, antrean warga cukup panjang untuk mengambil air bersih di sumur sedalam 15 meter itu. Tak jarang pula, ada warga yang tak kebagian jatah air. "Kalau tidak cepat datang ke sumur itu, jelas tak kebagian jatah air sumur," kata Sigit, warga Gedong Air.

Untuk air minum, kata dia, warga masih bisa membeli air galon seharga Rp 3.000 per galon. Tetapi, lanjutnya, untuk keperluan masak, mandi, dan mencuci pakaian, mereka harus rela berkorban fisik menjangkau sumur yang jauh itu. Instruksi Wali Kota Bandar Lampung Herman HN untuk mendistribusikan mobil-mobil tangki air ke kantong-kantong krisis air tak kunjung datang.

Lain cerita lagi dengan perburuan air bersih yang terjadi di Jawa Tengah, khususnya Kecamatan Patikraja, Banyumas, Kalibagor, dan Somagede. Kemarau yang berlangsung dua bulan terakhir ini membuat lahan pertanian mengering dan air bersih pun mulai menipis. Sumur-sumur warga tak mengeluarkan air lagi.

Penduduk masih bisa bernapas lega dengan adanya sungai besar di sana, yaitu Sungai Serayu dan Logawa. Warga pun mulai memanfaatkan air sungai untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus, bahkan untuk kebutuhan memasak dan air minum. Mereka membuat belik (sumur kecil) di pinggir sungai dan mengisinya dengan air.

Cara lainnya adalah dengan mengalirkan air sungai ke sumur-sumur warga menggunakan selang puluhan meter. Pompa pun menjadi andalan mereka untuk menyedot air sungai itu dan menjadi bisnis sampingan di saat kemarau mendera perkampungan di sana. mursalin yasland/eko widiyatno.  dewi mardiani



Post Date : 14 September 2011