|
SOLO, KOMPAS - Hujan yang turun sejak Jumat (30/1) malam hingga kemarin mengakibatkan Sungai Bengawan Solo, Bengawan Madiun, dan beberapa sungai lain meluap. Hal ini mengakibatkan sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jawa Timur terendam dan ribuan warga terpaksa mengungsi. Di Jateng, luapan air Bengawan Solo juga menyebabkan arus lalu lintas Sragen-Solo terputus dan jalan ditutup, Jumat pukul 19.00-02.00. Kendaraan dari Surabaya menuju Solo dan sebaliknya dialihkan melewati Batujamus. Di Jatim, jalur alternatif dari Madiun ke Ngawi terputus akibat jalan di wilayah Kecamatan Kwadungan terendam 50 sentimeter. Selain banjir, hujan juga mengakibatkan Karanganyar, Jateng, kembali dilanda longsor yang mengakibatkan dua warga tewas. Dengan demikian, jumlah korban longsor yang tewas dalam dua hari terakhir di Desa Nlegok, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, menjadi enam orang. Di Kabupaten Kediri, Jatim, longsor menyebabkan satu truk yang sedang melintas di kawasan perkebunan Sempu, Kecamatan Ngancar, terguling sehingga dua buruh tewas tertimpa truk dan dua orang lainnya luka parah. Mengungsi Banjir di Kota Solo, Jateng, merendam rumah 11.286 keluarga. Korban tersebar di Kecamatan Jebres Banjarsari, Laweyan, Pasar Kliwon, dan Serengan. ”Ini memang di luar perkiraan. Beberapa daerah yang tahun kemarin tidak kebanjiran sekarang kok malah kebanjiran, seperti di daerah Pajang dan Bumi di Laweyan,” kata Wali Kota Solo Joko Widodo, kemarin. Di Kabupaten Sukoharjo, menurut data dari Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Sukoharjo, banjir melanda 4.130 keluarga di Kecamatan Gatak, Polokarto, Grogol, Mojolaban, dan Kartasura. Di Sukoharjo, seorang warga dilaporkan hanyut di Sungai Jebol, Desa Mancasan. Korban yang bernama Ny Atmo Suwito (85), warga Sidodati, Mancasan, hingga semalam masih dicari. ”Kami terus memantau perkembangannya, dan mendistribusikan bantuan makanan ke daerah-daerah yang terkena bencana,” ujar Sekretaris Daerah Sukoharjo Ignatius Indra Surya yang juga Komandan SAR Sukoharjo. Kepala Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Sragen Wangsit Sukono mengatakan, banjir di Sragen melanda 34 desa di delapan kecamatan, yakni Kecamatan Sidoharjo, Masaran, Tanon, Plupuh, Sragen, Ngrampal, Sambungmacan, dan Gondang. Hingga kemarin, ribuan warga Solo dan Sukoharjo, terutama yang tinggal di pinggiran Bengawan Solo, masih mengungsi di tenda yang dibangun di bantaran sungai atau di posko yang dibangun di kelurahan setempat. Dilaporkan pula, akibat tergerus hujan yang berlangsung satu malam, tanggul Sungai Pemali —sungai terbesar di Kabupaten Brebes—kembali ambrol, Sabtu. Sementara itu, di Boyolali, hujan deras menyebabkan air anak Kali Pepe yang bermuara ke Bengawan Solo meluap di sejumlah desa di Kecamatan Ngemplak, yang berbatasan dengan Solo dan Karanganyar. Sebagian rumah warga di Brebes dan Ngemplak kebanjiran. Luapan Bengawan Madiun Di Jatim, banjir melanda Kabupaten/Kota Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Magetan, Kabupaten/Kota Kediri, Kabupaten Jember, Kabupaten Gresik, dan Surabaya. Luapan Sungai Bengawan Madiun dan sejumlah anak sungainya membanjiri ratusan rumah warga di sejumlah desa di Kabupaten Madiun, Ngawi, dan Magetan. Sampai kemarin pukul 18.00, wilayah-wilayah langganan banjir akibat luapan Bengawan Madiun masih terendam dengan ketinggian air 20-100 cm. Meski demikian, warga tidak mengungsi karena menilai banjir belum membahayakan mereka. Banjir terparah terjadi di Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun, dan Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi. Di Balerejo, desa yang terparah terkena banjir adalah Desa Kedungjati. Dari 378 rumah yang terendam di Balerejo, 250 rumah di antaranya berada di Kedungjati, akibat tanggul Sungai Jerohan jebol. Bupati Madiun Muhtarom yang meninjau ke lokasi mengatakan akan segera memperbaiki tanggul tersebut. Pemantauan Kompas bersama Kepolisian Sektor Kwadungan dan Kecamatan Kwadungan, saat menyisiri Sungai Bengawan Madiun di Kwadungan dengan menggunakan perahu karet, ada sejumlah wilayah yang terisolasi akibat akses jalan terputus banjir. Wilayah itu di antaranya Dusun Ngemplak dan Gambuhan di Desa Purwosari. ”Sedikitnya 150 keluarga di Ngemplak yang tidak bisa keluar dari dusunnya karena akses keluar/masuk tergenang air lebih dari satu meter. Dengan kondisi ini, kami sangat berharap bantuan makanan atau minuman,” kata Sulastri, warga Dusun Ngemplak. Pemerintah Kabupaten Madiun, Pemkab Ngawi, dan Pemkab Magetan kemarin sudah memberi bantuan makanan dan minuman. Namun, jumlahnya terbatas sehingga banyak korban banjir yang belum menerima. Dua rumah ambruk Banjir juga merendam tiga kelurahan di Kota Kediri dan empat desa di Kabupaten Kediri. Di kabupaten ini, dua rumah bahkan ambruk setelah fondasinya tergerus banjir. Akibatnya, kakak beradik Irwan Syaifullah (8) dan Febilia Putriani (11) luka-luka tertimpa material rumah yang hancur. Menurut Kepala Urusan Pemerintahan Desa Gambyok Surono, sedikitnya 200 rumah dari total 710 rumah tergenang banjir. ”Ketinggian banjir 50-100 cm. Selain permukiman, ratusan hektar sawah juga terendam sehingga tanaman padi tenggelam,” ujarnya. Di Jember, banjir merendam Desa Paseban dan Kraton di Kecamatan Kencong. Sebanyak 599 rumah yang dihuni 1.376 jiwa serta ratusan hektar lahan pertanian yang ditanami padi, jagung, dan jeruk terendam. Banjir terjadi setelah dua tanggul Sungai Tanggul jebol karena tak mampu menahan debit air yang tinggi. ”Air sungai mulai meluap sekitar pukul 23.00. Meski luapan air sungai tidak sampai masuk rumah, warga sudah mulai banyak yang mengungsi,” kata Zaenal, warga Dusun Balaikambang, Desa Paseban. Di Gresik, Kali Lamong juga meluap akibat hujan deras dan air kiriman dari daerah hulu, seperti Mojokerto, Jombang, dan Lamongan. Hal ini menyebabkan Desa Sedapurklagen, Bulangkulon, dan Deliksumber di Kecamatan Benjeng, Kabupaten Gresik, banjir. Ketinggian air mencapai 30 cm hingga satu meter. Sementara itu, di Surabaya, luapan Kali Surabaya melanda bantaran sungai mulai dari kawasan Desa Warugunung, Kecamatan Karangpilang. Banjir menggenangi 676 rumah yang dihuni 1.448 jiwa. Ketinggian air 50 cm hingga satu meter. Kini warga di sekitar Bengawan Solo mulai Bojonegoro, Tuban, Lamongan, hingga Gresik waspada sebab daerah hulu, seperti Ngawi dan Madiun, sudah diterjang banjir. Warga Surabaya pun waspada karena debit air Kali Surabaya di Pintu Air Gunung Sari dan Jagir, Surabaya, menandakan siaga merah. Korban banjir Masih terkait banjir, dari Takalar, Sulawesi Selatan, dilaporkan, seorang warga Kelurahan Bontongape, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, M Ansar (16), kemarin ditemukan tewas di tepi Sungai Canrego. Ansar hilang sejak Jumat sore setelah terseret arus air yang menggenangi Jalan Poros Canrego-Bulukunya. Jenazah pemuda tersebut ditemukan oleh Lappo Daeng Taba (52), warga setempat. (SON/EKI/SUP/GAL/WIE/APA/NIK/SIR/ACI/ABK/ROW) Post Date : 01 Februari 2009 |