|
WONOSARI (KR)- Masalah kesulitan air bersih bagi sebagian besar masyarakat Gunungkidul, menjadi kendala utama masuknya investor ke daerah ini. Banyak calon investor mengurungkan niatnya, karena air masih sulit diperoleh di wilayah tertentu khususnya pada musim kemarau. Pemkab Gunungkidul baru mentargetkan akhir 2010 dari seluruh wilayah pedesaan 65 persen diantaranya kebutuhan air bersih dapat tercukupi. Sedangkan untuk wilayah perkotaan sebesar 85 persen dari seluruh penduduk yang ada. Demikian dikatakan Bupati Gunungkidul Suharto SH Selasa (18/4). Menurutnya ada tiga pola yang ditempuh untuk mengatasi kesulitan air bersih diantaranya sistem perpipaan baik memanfaatkan 4 sub sistem sumber air di Bribin, Seropan, Baron dan Ngobaran maupun memanfaatkan sumber airlokal yang dikelola secara swadaya mandiri. Upaya kedua dengan membangun bak penampungan air hujan dengan kapasitas minimal 15 meter kubik setiap bak dan ketiga masih dengan droping air bagi wilayah yang tidak bisa dijangkau proyek perpipaan. Sedangkan proyek perpipaan sendiri, Pemkab Gunungkidul dan Propinsi DIY belum mampu membangun infrastruktur air bersih, karena selain menelan dana cukup tinggi juga perlu teknologi khusus, sehingga dikerjasamakan dengan luar negeri. Saat ini untuk Bribin dan Seropan dikerjasamakan dengan Pemerintah Jerman dan Universitas Kalshuf di Jerman, dan untuk Sub Sistem Baron interkoneksi dengan tahun ini akan dikerjakan oleh JICA dari Jepang. Sebenarnya, tambah Bupati, Gunungkidul memiliki potensi sumber air bawah tanah yang melimpah namun diperlukan teknologi dan biaya yang tinggi. Disamping itu ada sejumlah sumber air lokal seperti didalam goa yang juga bisa dieksploatasi. Untuk itu lewat APBD sumber air lokal bisa diberdayakan, seperti di Bleberan, Wareng dan Getas yang pengelolaannya diserahkan kepada masing-masing desa. Saat ini akan dibangun pengelolaan sumber air lokal di Desa Giricahyo, Kecamatan Purwosari dengan mengambil dari sumber air di goa dekat desa Giricahyo. Sementara itu khusus pembangunan dan pengeboran air bawah tanah di Goa Bribin Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu baru selesai 2007. Saat ini sedang dilakukan pembangunan bendungan didalam goa bawah tanah. Namun akibat banjir terus menerus, pembangunan bendungan mengalami penundaan. Sebenarnya bendungan tersebut sudah harus dikerjakan bulan maret lalu, namun karena curah hujan cukup tinggi, sehingga aliran sungai bawah tanah banjir besar, sehingga pembangunan bendungan tetap belum bisa dilakukan. Menurut Bupati, pembangunan Goa Bribin dengan sistem turbin kerjasama dengan Pemerintah Jerman ini akan mampu memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat di wilayah tengah dan sebagian utara. Atau meliputi Kecamatan Semanu, Rongkop, sebagian Girisubo, Karangmojo, Ponjong dan Semin. Untuk tahap awal akan dieksploatasi air kurang lebih 80 liter perdetik dengan sistem turbin atau tanpa digerakkan genset. Sedangkan untuk pembangunan Sub Sistem yang akan ditangani oleh JICA dengan dana lebih dari Rp 100 miliar, bisa memenuhi kebutuhan air di beberapa wilayah. Yaitu Kecamatan Tanjungsari, Paliyan, Saptosari, Purwosari dan Panggang dengan memanfaatkan sambungan perpipaan yang sudah ada, atau yang dibangun lewat Proyek P2P 1998/1999. (Awa)-n Post Date : 19 April 2006 |