|
REMBANG - Warga Dukuh Karangaru, Desa Mondoteko, Kecamatan/Kabupaten Rembang kini tak lagi kebingungan mencari air bersih. Sebab di dukuh yang belum terjangkau layanan PDAM dan minim sumber airnya itu, sudah memiliki sarana air bersih yang dibangun dengan dana Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) 2008. Sejak adanya sarana air bersih itu warga begitu gembira. Sebab dari 62 kepala keluarga (KK) yang ada di dukuh itu, baru 10 rumah yang memiliki sumur sendiri. Itu pun hanya bisa diambil airnya ketika musim penghujan. Saat musim kemarau sumur-sumur itu kering. Warga terpaksa menggunakan segala cara untuk bisa mendapatkan air bersih. Di antara mereka harus mengambil air di sungai. ”Sekarang tak lagi kesulitan mencari air, karena di dukuh kami sudah ada sarana air bersihnya,” ucap Sumiyati, seorang warga. Ada yang menarik dalam pemberian nama proyek air bersih itu. Atas kesepakatan warga, sarana air bersih itu diberi nama ”Sumur Kejujuran”. Sebab siapa saja yang mengambil air di tempat itu diwajibkan membayar Rp 250/jerigen. Cara membayarnya tidak sulit, karena tinggal memasukkan uangnya ke dalam kaleng yang tersedia. Di tempat itu tak ada penjaganya, dan hanya mengandalkan kejujuran dari warga. ”Itu sebabnya diberi nama Sumur Kejujuran,” kata warga. Ketua Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Sejahtera, Desa Mondoteko, Salamun membenarkan, bagi warga yang mengambil air di sumur tersebut diharuskan membayar Rp 250/jerigen. Uang yang terkumpul akan digunakan membayar tagihan listrik dan biaya perawatan bak tandon air. ”Setiap bulannya rata-rata bisa terkumpul uang kurang lebih Rp 300 ribu. Uang itu sebagian besar dipakai untuk operasional. Sisanya dimasukkan kas desa buat persediaan lain-lain.” Salamun menambahkan, pihak desa punya rencana mengembangkan sarana air bersih itu. Ke depan nanti, akan dipasang pipa transmisi ke rumah-rumah warga yang ingin menjadi pelanggan. Cara itu selain untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, juga sebagai upaya meningkatkan pendapatan dari hasil pengelolaan sarana air bersih tersebut. Laporan BKM Koordinator P2KP kabupaten Rembang, Wedya Sudar Prasedya saat ditemui mengatakan, setelah mendapat laporan dari Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) selaku pengelola kegiatan P2KP Desa Mondoteko yang ingin memanfaatkan sebagian dana yang diterima untuk membuat sumur guna memenuhi kebutuhan air bersih warga, dia langsung menyetujuinya. Ia mengatakan, pihaknya merasa salut dengan semangat warga yang membangun proyek air bersih tersebut. Terlebih lagi mereka mau berswadaya untuk menutup kekurangan biaya pembangunan sarana tersebut. Setelah proyek itu jadi, warga juga rela mengeluarkan uang sesuai banyaknya air yang mereka ambil. Perlu diketahui, proyek air bersih itu membangun sumur bor dan bak tandon berukuran panjang 1,5 dan lebar 1,5 meter dengan ketinggian 1,5 meter. Anggaran semula yang ditetapkan Rp 4 juta ternyata membengkak menjadi Rp 4,9 juta. Kekurangan dana Rp 900 ribu, akhirnya ditutup warga secara swadaya. (jl-54) Post Date : 15 Mei 2009 |