|
GUNUNGKIDUL - Warga Kecamatan Gedangsari belum sepenuhnya menikmati pelayanan publik dari Pemkab Gunungkidul. Ratusan warga Gedangsari masih menggantungkan nasibnya pada Kabupaten Klaten Jateng untuk bisa memenuhi kebutuhan air bersih. Ada ratusan kepala keluarga di Kecamatan Gedangsari tepatnya di lima pedukuhan di Desa Serut Kecamatan Gedangsari harus membeli air dari Klaten. Sebagian lainnya mbendeng (mengalirkan saluran air dari rumah tangga, Red) dari warga Klaten. "Ini persoalan yang harus disikapi eksekutif Gunungkidul. Warga Desa Serut Gedangsari belum mendapat perhatian pemkab sebagaimana warga Gunungkidul di zona selatan," kata Marsubroto anggota DPRD Gunungkidul kemarin. "Kalau beli air dari Wonosari tidak mungkin. Pengirimannya menyulitkan armada untuk bisa naik sampai Serut," tambah Marsubroto. Krisis air ini, lanjut Marsubroto, akhirnya mencekik warga yang terpaksa membeli air tanki dari Klaten. "Beli di Klaten mahal sekali. Harga antar tangki berkapasitas 5.000 liter Rp 200 ribu," tambah Marsubroto. Krisisi air di Kecamatan Gedangsari ini dirasakan pasca bencana gempa 2006. Sejak bencana gempa 27 Mei 2006 banyak mata air hilang bahkan "pindah" ke Klaten yang justru ditemukan banyak sumber mata air baru. Marsubroto meminta eksekutif melihat kondisi lapangan secara langsung agar bisa segera menyelesaikan masalah krisis air yang tengah dihadapi warga. Dia mengusulkan pemkab membantu warga mendirikan PAH (Penampungan Air Hujan) untuk tiap rumah agar kesulitan air teratasi. (gun/jpnn) Post Date : 06 Mei 2008 |