Belajarlah sampai ke Kitakyusu

Sumber:Suara Pembaruan - 11 April 2005
Kategori:Sampah Jakarta
Bingung mengelola sampah yang kian menggunung? Sekali waktu cobalah belajar hingga ke Kitakyusu, sebuah kota yang berada di Provinsi Fukuoka, Jepang. Bukan apa-apa, kota tersebut telah lama mendapat predikat sebagai kota terbersih di Negeri Matahari Terbit.

Bayangkan, ketika melewati jalan-jalan raya, dijamin Anda bebas menghirup udara segar, tanpa harus terganggu oleh aroma tak sedap yang berasal dari tumpukan sampah. Anda tak perlu menutup hidung.

Suasananya sangat bersih. Jangankan sampah bertumpuk, sampah kertas, plastik, botol, dan sisa-sisa makanan yang bercecer di bahu jalan, di pertokoan, dan tempat-tempat umum lainnya nyaris tidak terlihat.

Bukan hanya itu saja, sungai-sungai yang membelah kota juga tampak indah. Tak ada lagi bau menyengat seperti yang sering tercium dari sungai-sungai di Jakarta. Sungai-sungai di Kitakyusu bukan hanya bersih dan asri, tetapi juga memberi multi manfaat.

Betapa tidak, banyak di antara sungai itu yang disulap menjadi areal budidaya beragam jenis ikan air tawar khas negeri subtropika. Sementara itu, bagi sungai-sungai yang lebar bisa menjadi restoran mengapung.

Dengan menggunakan perahu khusus yang dirancang sebagai jamuan makan, pengunjung bisa menyantap aneka menu khas Negeri Sakura sambil berkeliling di sepanjang sungai menikmati indahnya kota.

Apalagi di malam hari, kerlap-kerlip lampu kota ikut menambah suasana begitu romantis. Anda tidak akan merasa kedinginan karena hal itu bisa diusir dengan menenggak segelas sake, minuman khas Jepang.

Tidak Akan Lupa

"Sekali ke sini, Anda pasti tidak akan melupakan kota ini," kata pemandu wisata kepada Pembaruan yang menemani makan malam sambil berkeliling kota melalui sungai dengan perahu beberapa waktu lalu. Masyarakat lokal pun banyak menuai untung dari kegiatan ekonomi semacam itu.

Panoramanya bertambah menawan karena di sepanjang sisi sungai itu berjajar pohon-pohon berdaun hijau di musim semi. Menjelang musim gugur, daun-daun itu berubah menjadi aneka warna-warni mulai dari merah, kuning, orange, dan sedikit ungu. Mozaik kota Kitakyusu memang layak mendapat acungan jempol.

Padahal sebelumnya, Kitakyusu tak jauh beda dengan kota-kota industri lainnya yang kotor dan jorok. Maklum pada era tahun 1900-an, pemasukan dari kota tersebut mengandalkan beragam industri berat.

Ujung-ujungnya, 30 tahun kemudian, pencemaran lingkungan akibat sampah sangat parah. Sungai-sungai dijejali senyawa beracun. Tak ada lagi ikan yang mampu bertahan. Bau menyengat merebak ke mana-mana.

Polusi udara juga merajalela. Cerobong-cerobong asap industri dan berjejalnya kendaraan bermotor tak ramah lingkungan ikut menambah beban kota. Kitakyusu pada 1960 mungkin sama dengan kondisi lingkungan Jakarta masa kini, yang kotor, jorok, bau, dan semrawut.

Kini Kitakyusu menjadi kota yang wangi. Suasana WC-WC-nya juga bersih. Siapa saja yang mengotori lingkungan, ada dua kemungkinan terkena sanksi. Pertama, Anda bisa dijerat hukum yang memang diberlakukan secara adil, tanpa pandang bulu. Dan kedua, jika Anda membuang sampah di sembarang tempat, banyak orang bakal mempertunjukkan sikap sinisnya kepada Anda. Jadi, jangan coba-coba melakukan kebiasaan buruk itu di kota tersebut.

Memerangi Sampah

Wajar kalau warga dan pejabat kota Kitakyusu membusungkan dada. Mereka berhasil memerangi sampah dan menyulapnya kembali menjadi kota yang bersih dan indah. Tak heran jika ada tamu dari luar negeri, kota tersebut sering menjadi salah satu agenda yang wajib dikunjungi.

Lalu bagaimana mereka bisa melakukan semua itu? Dari berbagai sumber yang diperoleh Pembaruan, kuncinya adalah pengelolaan sampah harus melibatkan semua warga. Dengan kata lain, semua komunitas, baik warga maupun birokrat kota, harus mau peduli. Tanpa itu, sangatlah sulit melenyapkan sampah kota.

Dengan keberanian tinggi, pemerintah daerah itu membuat undang-undang. Dari sinilah hukum ditegakkan. Siapa saja yang melanggar, sanksi diberikan. Awalnya memang tak semua warga paham dengan kebijakan itu. Bahkan ada yang pesimistis.

Namun berkat disiplin tinggi, warga secara mandiri mau memisahkan jenis sampah dalam empat tempat yang telah disediakan. Sampah plastik, kertas, barang pecah belah, dan sisa-sisa organik dipisahkan begitu sampah tersebut keluar dari rumah.

Selanjutnya petugas kota tinggal memungut sampah-sampah tersebut untuk didaur ulang. Sampah kertas misalnya bisa didaur ulang menjadi kertas dengan tekstur yang lebih alami dan bernilai ekonomi tinggi.

Begitu pula dengan sampah organik bisa diubah menjadi pupuk kompos. Kaleng-kaleng bekas pun bisa dijadikan material-material menarik. Singkat kata, lenyap sudah sampah-sampah yang tak berguna itu. Semua berubah menjadi benda berharga.

Uniknya lagi, Anda tak akan kesulitan untuk meniru daur ulang aneka jenis sampah itu. Sebab, di sana terdapat pusat-pusat pelatihan yang tersebar di tempat-tempat rekreasi. Semua informasi dibuka lebar-lebar. Jika merasa kesulitan, Anda tinggal bertanya ke mereka. Kapan ya Jakarta bisa seperti itu? (B-12)



Post Date : 11 April 2005