|
BEKASI -- Pemkot Bekasi menimbang perlunya dilakukan normalisasi sungai dan perbaikan saluran air di wilahnya. Langkah itu menurut Wali Kota Bekasi, Ahmad Zurfaih, lantaran Bekasi adalah daerah yang terkena imbas akibat kiriman air dari Bogor apabila musim hujan turun. "Normalisasi saluran air adalah program yang akan kami tingkatkan tahun ini guna mengatasi masalah banjir tahunan. Anggarannya juga sudah disetujui sekitar Rp 6 miliar," kata Zurfaih, Selasa (14/2). Zurfaih tak merinci bagaimana pelaksanaan program tersebut. Rencana normalisasi dan membenahi saluran air juga diutarakan Kepala Dinas Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bekasi, Syafri. Dikatakannnya, penanganan masalah banjir di Kota Bekasi harus melalui normalisasi saluran air termasuk sungai. Normalisasi saluran air, kata Syafri harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari pengerukan sungai, hingga pembenahan daerah resapan bantaran sungai yang telah menjelma menjadi permukiman padat penduduk. Namun, lanjut Syafri, kegiatan normalisasi saluran air tidak akan berhasil mengatasi banjir tahunan, jika tidak dikoordinasikan dengan pemerintah pusat (dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum), dan Pemkab Bogor. Pasalnya, air yang mengalir melewati tiga wilayah tersebut. "Percuma kalau Pemkot Bekasi melakukan normalisasi sungai, kalau tidak diikuti Bogor dan Jakarta," kata Syafri. Kebijakan program normalisasi sungai itu dirasakan mendesak mengingat bencana banjir terus melanda permukiman warga. Akibat luapan Kali Bekasi sejak kemarin pagi, ratusan rumah di Kota Bekasi terendam banjir. Wilayah yang paling banyak terendam banjir adalah wilayah yang berada di daerah Bekasi Selatan, khususnya yang terletak bersisian dengan kali Bekasi. Tidak hanya perumahan, banjir kali ini juga merendam beberapa sekolah, yakni SDN IV dan IX Pekayon, Bekasi Selatan, sehingga mengakibatkan terhentinya kegiatan belajar mengajar di dua sekolah tersebut untuk sementara. Dari pantauan di lapangan, ratusan rumah yang tergenang banjir, adalah wilayah dataran rendah yang tiap tahunnya memang daerah langganan banjir. Salah satunya adalah perumahan kompleks Jaka Kencana, Kelurahan Jaka Setia, Bekasi Selatan, yang terendam banjir hingga sekitar 70 sentimeter. Di perumahan tersebut, banjir setinggi pinggang orang dewasa. Berdasarkan laporan dari kantor Sandi dan Telekomunikasi (Santel) Kota Bekasi, hingga pukul 13.00 WIB, daerah perumahan seperti Pekayon Jaya, Perumnas I, Aren Jaya, dan Komplek Depnaker telah terendam banjir dengan ketinggian mulai dari 30 sentimeter hingga satu meter. "Air mulai menggenangi perumahan tersebut sejak pukul 08.00 WIB," ujar Mardi, salah satu petugas Santel Kota Bekasi. Menurut Arsito, petugas Bendungan Bekasi, debit air di bendungan yang terletak di Jalan Hasibuan Kota Bekasi tersebut, telah jauh di atas normal. Menurut Arsito, sejak pukul 06.00 WIB, debit air di bendungan Bekasi telah mencapai 300 kubik per detik, dari debit normal di bawah 100 kubik per detik. Menurut Edi Sutrisno, kepala rukun warga (RW) perumahan kompleks Jaka Kencana yang terendam banjir, sekitar 250 keluarga dengan jumlah keseluruhan 978 jiwa menjadi korban banjir tahun ini. Edi menjelaskan, setelah kali Bekasi meluap, air mulai naik dan menggenangi rumah warga sejak pukul 06.00 WIB. "Biasanya sih banjir cuma terjadi sehari dan surut jam 17.00 WIB," kata Edi. Mengenai banjir tahunan yang dialami warganya, Edi mengeluhkan tidak adanya pembenahan saluran air yang berada di wilayahnya. Karena daerahnya terletak di dataran rendah, ketiadaan saluran air yang representatif, dijadikan alasan oleh Edi mengapa kompleksnya sering kebanjiran. "Sejak tahun 1982 saya tinggal di sini, belum pernah sekalipun pemerintah membuat saluran air yang representatif di wilayah kami. Sehingga jika hujan deras turun dalam waktu yang cukup lama, daerah kami pasti kebanjiran," keluh Edi.(c41 ) Post Date : 15 Februari 2006 |