Bekasi, Kompas - Sampah bukan hanya barang buangan yang menimbulkan masalah. Limbah rumah tangga dan pasar ini justru bisa diolah menjadi produk pupuk organik yang bernilai tinggi dan bermanfaat bagi perbaikan ekologis jika dikelola dengan teknologi yang tepat.
”Pupuk organik itu juga menyehatkan tanah. Dampaknya tentu akan menyehatkan diri kita juga,” kata Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta sebelum meresmikan Pabrik Pupuk Petroganik di area tempat pembuangan akhir (TPA) Kota Bekasi di Kelurahan Sumurbatu, Bantar Gebang, Kota Bekasi, Sabtu (5/6). Proyek pabrik pupuk organik ini merupakan kerja sama PD Mitra Patriot (badan usaha milik daerah Pemerintah Kota Bekasi), PT Simpang Jaya Dua, dan PT Petrokimia Gresik.
Pabrik pupuk ini mengolah kompos—yang dikumpulkan dari hasil pengolahan sampah pasar, sampah rumah tangga, dan sampah lingkungan di wilayah Kota Bekasi—menjadi pupuk organik granula kering.
Menurut Direktur Utama PT Mitra Patriot Machmud Barmawi, pupuk granula ini dibeli oleh Petrokimia Gresik dengan harga Rp 1.130 per kilogram. Pabrik itu ditargetkan memproduksi 360 ton sampai akhir Juni ini.
Model yang baik
Menurut Hatta, model pengelolaan sampah yang dilakukan Pemkot Bekasi merupakan contoh baik. Pola penanganan sampah model TPA Sumurbatu akan disosialisasikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup ke daerah- daerah lain. ”Pemerintah Kota Bekasi sudah menerapkan apa yang menjadi keinginan kami di Kementerian Lingkungan Hidup,” kata Hatta.
Pola penanganan sampah ini, menurut Hatta, bukan hanya melibatkan birokrasi, melainkan juga merangsang partisipasi masyarakat. Pola ini juga membuka peluang terjadinya lapangan kerja.
Dengan pola semacam ini, kata Wali Kota Bekasi Mochtar Mohamad, sampah tidak lagi menjadi masalah bagi Kota Bekasi. Sampah justru menjadi sumber pendapatan bagi pemerintah.
Selain menjadi bahan baku pupuk organik, sampah organik juga dibutuhkan untuk menjamin ketersediaan gas metana, gas hasil pembusukan sampah. Sebagian dari gas metana dibakar menjadi karbon dioksida terkait proyek landfill gas flaring yang dibangun di TPA Sumurbatu dalam upaya mekanisme pembangunan bersih.
Sebagian gas metana di TPA Sumurbatu juga menjadi energi bagi mesin pembangkit listrik tenaga gas. ”Ini juga bentuk tanggung jawab kami untuk mendukung komitmen pemerintah menurunkan emisi gas rumah kaca,” ujar Mochtar.
Ajakan pelestarian
Sementara itu, mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa di Serang, Banten, memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan beragam kegiatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki lingkungan adalah ajakan kepada masyarakat agar terlibat dalam pelestarian alam.
”Menjaga alam harus dimulai dari diri sendiri di tingkat keluarga dengan langkah-langkah sederhana,” kata Koordinator Divisi Lingkungan Hidup Mahasiswa Pencinta Alam Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Fikri Hasan, Sabtu.
Langkah sederhana itu, antara lain, penghematan listrik di rumah tangga, menumpang kendaraan umum, dan menanam pohon di pot atau pekarangan rumah. Saat berbelanja, warga diimbau membawa keranjang belanja sendiri untuk mengurangi penggunaan kantong plastik. Sampah yang dibuang setiap hari harus dipilah. (cok/cas)
Post Date : 06 Juni 2010
|