|
SLAWI - Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Jateng di Slawi, saat ini menghadapi berbagai kendala operasional. Salah satunya, beberapa pipa transmisi yang berfungsi menyuplai air ke PDAM Brebes, Kota dan Kabupaten Tegal, rawan kebocoran. ''Pipa transmisi itu sudah berusia 20 tahun sehingga rawan bocor,'' ujar Direktur Umum PDAB Jateng Drs Ahmad Basuni, kemarin. Pipa yang rawan kebocoran itu berada di Dukuh Benda sepanjang 400 meter, Desa Cintamanik (400 meter), dan pipa induk ke PDAM sepanjang 50 km. Mengingat begitu besar beban operasional untuk mengatasi tingkat kebocoran, pihaknya terpaksa menaikkan tarif penjualan air ke PDAM pada Maret 2006. Tarif dari semula Rp 175 per meter kubik menjadi Rp 275. Kenaikan yang langsung sebenarnya hanya Rp 100 per meter kubik. Namun karena beban ke lokasi sumber Rp 25 per meter kubik, tarif menjadi Rp 275 per meter kubik. "Kami menaikkan tarif karena pemasukan jauh dari break even point (BEP). Padahal, bisa BEP jika tarif Rp 500/m3. Kami sudah kesulitan untuk membiayai operasional. Bahkan selama ini, kami harus mensubsidi dengan cara efisiensi," Apabila tarif tidak segera dinaikkan, perusahaan daerah terancam gulung tikar. Selama ini, PDAB mampu memproduksi air 7,7 juta meter kubik/tahun. Saat ditanya konsekuensi kenaikan tarif tersebut, Basuni mengatakan, akan mengoptimalkan sumber mata air yang tersedia. Sementara kualitas air, dinilai sudah cukup baik. Sebab, air diambilkan dari Mata Air Kaligiri (Sirampog-Brebes), Gombong Wangon (Bumijawa-Kabupaten Tegal). Pipa Cadangan Hal senada diungkapkan Direktur Operasional PDAB Ir Agus Purwanto. Untuk meningkatkan pelayanan terhadap para pelanggan, PDAB Jateng akan memasang pipa cadangan di Desa Dukuhbenda Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Sebab tanah di daerah itu sering longsor sehingga merusak jaringan pipa. "Akibatnya, minggu depan terjadi gangguan pendistribusian air selama empat hari," ungkap dia. (H3-29m) Post Date : 11 Maret 2006 |