|
Bagi mayoritas warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Bendung, banjir yang terjadi pada Selasa (10/3) tidak lebih dari sebuah peristiwa rutin saja. Warga pun merasa sudah ”kebal” dan terbiasa karena mereka sudah berkali-kali mengalami hal serupa. Namun, kalau mau jujur melihat, di balik ”hal yang sudah biasa” itu sebenarnya tersembunyi sebuah penderitaan, keluh kesah, dan sumpah serapah terhadap kondisi yang mereka alami. Akhirnya yang menjadi sasaran pemerintah dan dikait- kaitkan dengan Pemilu 9 April 2009. Bagaimana tidak? Ketika banjir datang, beban hidup yang harus ditanggung para korban tentu saja bertambah. Mulai dari kehilangan potensi pendapatan akibat terhentinya aktivitas ekonomi, pengeluaran biaya tambahan untuk membersihkan rumah, sampai pengeluaran tambahan untuk transportasi. Badaruddin (34), misalnya, salah satu warga RT 20 Kelurahan Sekip Jaya, mengatakan, dia terpaksa menyewa jasa tenaga pembantu lepas dengan bayaran Rp 50.000 per hari. Tenaga lepas itu untuk membantu membersihkan rumahnya yang kotor karena endapan lumpur dan sisa sampah lainnya. ”Beban saya juga bertambah berat saat banjir karena saya harus seharian menjaga rumah dan barang. Artinya, saya tidak bisa berdagang di Pasar Cinde selama sehari ini,” katanya. Karena itulah, saatnya pemerintah memberi solusi atas bencana yang berulang kali terjadi di Palembang ini. (ONI)
Post Date : 11 Maret 2009 |