Bau Sampah di Perempatan Jalan Sagan

Sumber:Kompas - 06 Juli 2009
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Sleman, Kompas - Timbunan sampah di pinggir lahan kosong di samping perempatan dekat Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum Sagan sangat mengganggu. Selain tidak enak dipandang, sampah basah itu juga menimbulkan bau menyengat dan tercium oleh pengguna jalan.

Dari pengamatan Kompas, Minggu (5/7) siang, sampah yang menumpuk tidak hanya berasal dari daun, kertas, sisa makanan, plastik, dan tempurung kelapa muda, melainkan juga potongan rambut. Bahkan, ketika berjalan di trotoar—dekat tiang pasang spanduk—tercium bau bangkai hewan menyengat yang berasal dari di balik sampah.

"Baunya menyengat, terutama bila berkendara dari arah selatan (Jalan Yohanes) karena harus berhenti menunggu lampu merah. Kalau dari arah lain juga bau, tapi tidak seberapa," ujar Riko, salah seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada.

Indra, salah seorang warga, menuturkan, sampah itu sudah ada sekitar satu tahun terakhir. Pelakunya diduga berasal dari luar kawasan yang sengaja membuang sampah ke tempat itu. Mereka membawa sampah di dalam bungkus plastik dan dilemparkan begitu saja dari atas sepeda motor. Waktu membuang biasanya malam hari.

"Kalau warga sini tidak ada yang membuang sampah di situ. Di sini telah ada tempat sampahnya sendiri. Kalaupun membuang, paling hanya puing-puing bangunan mengingat lokasi lahan kosong itu lebih rendah dari jalan raya," tuturnya.

Menurut informasi, lahan yang berbatasan dengan jalan raya (sisi barat dan utara), Asrama Mahasiswa Syantikara (sisi timur), dan rumah/ tempat usaha milik warga (sisi selatan) itu sebelumnya milik seorang purnawirawan. Namun, lahan tersebut kemudian dibeli warga Klaten, Jawa Tengah. Belum diketahui untuk tujuan apa lahan itu ke depan.

Ironisnya, warga jarang melihat ada pengangkutan sampah dari petugas terkait. Selain sampah, rumpun bambu yang tumbuh di tempat itu juga dimanfaatkan untuk tinggal tunawisma yang ikut menambah kumuhnya suasana. Lokasinya tepat berada di sisi barat sungai kecil di sebelah tembok asrama. Menurut warga, tunawisma itu ada lebih dahulu dibandingkan dengan timbunan sampah. (WER)



Post Date : 06 Juli 2009