Bau Busuk Ancam Bandung

Sumber:Kompas - 16 Desember 2005
Kategori:Sampah Luar Jakarta
Persoalan sampah Kota Bandung mendesak untuk segera diatasi. Pemerintah Kota Bandung pun harus segera menemukan lokasi TPA baru sebagai pengganti TPA Jelekong, yang diperkirakan mencapai batas maksimal akhir Desember ini.

Penghuni rumah mewah di Jalan Bungur, Sukajadi, Bandung, menjadi terbiasa bernapas dalam bau tak sedap yang menebar dari sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) di dekat rumah mereka. Warga di sekitar TPS Kelurahan Merdeka, Sumur Bandung, pun begitu. Bahkan, kondisi pedagang di Pasar Sederhana jauh lebih parah. Mereka harus mencium bau busuk dari sampah di TPS Pasar Sederhana yang tiap hari hanya terangkut seperempatnya saja.

Tiga tempat itu hanyalah sebagian dari keadaan tak sehat dan tidak menyenangkan yang ditimbulkan 242 TPS di seluruh Kota Bandung. Kondisi ini menunjukkan betapa mendesaknya pemecahan masalah penanganan sampah bagi Kota Kembang, dan harus ditemukannya tempat pembuangan akhir (TPA) baru pengganti TPA Jelekong yang diperkirakan akan terisi sampai batas maksimalnya Desember ini.

Penumpukan sampah ini, seperti dikatakan Nurdin (32), warga yang rumahnya di dekat TPS Kelurahan Merdeka, kini memang tidak lagi seburuk Februari lalu dan bulan-bulan sesudah itu. Kota Bandung memang menjadi kotor ketika sampah menggunung di TPS dan sejumlah jalan protokol pascabencana Leuwigajah.

Penanganan sampah di Kota Bandung sekarang hanyalah sebatas pengumpulan, menumpukkannya di TPS, dan sesudah itu sebagian diangkut ke TPA. Tetapi, tidak semua sampah di TPS itu yang terangkut ke TPA. Sisa sampah kemarin selalu bertumpuk dengan sampah hari ini. Kota Bandung belum mendapatkan alternatif TPA yang kapasitasnya sama dengan TPA Leuwigajah. Akibatnya, sampah Kota Bandung yang setiap hari mencapai 7.500 meter kubik tertimbun di 242 TPS yang tersebar di berbagai wilayah.

Jelekong adalah satu-satunya TPA yang kini masih dipakai. Ia sudah terisi 85 persen. TPA di lahan seluas 650.000 m2 ini pada mulanya dirancang untuk menampung tidak lebih dari 2.000 m3 sampah setiap hari. Tetapi, sejak TPA Leuwigajah ditutup, mulai April 2005 sampah yang masuk Jelekong mencapai sekitar 2.200 m3 setiap hari.

Menjelang masa akhir pemakaian TPA Jelekong, PD Kebersihan telah mengkaji beberapa tempat untuk TPA, yaitu Desa Cijapati, Bojong, dan Citatah di Kabupaten Bandung, serta Jegur di Kabupaten Cianjur. Dari sejumlah tempat tersebut, lahan berstatus HGU perkebunan di Desa Citatah dianggap paling cocok karena secara alami menyerupai bak pembuangan raksasa seluas 56 hektar. Kelak bisa menampung sampah minimal 2.300 m3 per hari.

Saat ini, kemungkinan dipakainya lahan Citatah masih menunggu hasil kajian geologi, hidrogeologi, transportasi, dan sosial ekonomi. Selama belum ada kepastian pengganti TPA Jelekong, untuk sementara Pemerintah Kabupaten Bandung menyiapkan TPA Babakan yang terletak di antara Kecamatan Arjasari dan Ciparay.

Soal pengangkutan

Namun, persoalan sampah Kota Bandung bukan sekadar ketersediaan lahan untuk TPA. Pengangkutan sampah dari TPS ke TPA juga menjadi masalah. Sampah yang 74,3 persen dihasilkan rumah tangga dan pasar itu tidak seluruhnya dapat diangkut ke TPA. Akibatnya, terjadi penumpukan di sejumlah TPS, seperti di Simpang Dago dan di Jalan Ambon.

Pemerintah Kota Bandung seperti tidak berdaya menghadapi persoalan ini. PD Kebersihan hanya mampu mengangkut sekitar 50 persen dari sampah yang dihasilkan setiap hari. Truk sampah yang dipunyai PD Kebersihan hanya 77 buah dengan kapasitas masing-masing 10 m3 Artinya, sampah yang terangkut hanya 3.000 m3 per hari.

Seperti yang terjadi di kota-kota besar lainnya, masalah sampah di Kota Bandung kian serius karena lemahnya sistem pengelolaan, baik yang dilakukan penghasil sampah maupun yang dilaksanakan Pemerintah Kota Bandung. Sampah yang menumpuk di TPS belum mengalami pengolahan di sumber pertama penghasil sampah.

Keadaan seperti itu berakibat langsung pada biaya pengelolaan di TPA. Biaya pengelolaan sampah di TPA yang sedikitnya menelan Rp 8 miliar per tahun menjadi beban bagi pendapatan PAD Kota Bandung. Pada tahun 2004, sekitar 3,6 persen dari PAD (Rp 222,9 miliar) dialokasikan untuk penanganan sampah.

Agar Kota Kembang tidak bertabur sampah, agaknya Kota Bandung tidak sekadar harus menemukan lokasi TPA baru. Jumlah truk sampah perlu ditambah agar sampah tidak menumpuk. Harus diterapkan sistem pengolahan sampah yang tepat, sejak dari warga sebagai sumber sampah sampai di TPA. (Db02/Litbang Kompas)

Post Date : 16 Desember 2005