Batam Terancam Timbunan Sampah

Sumber:Jurnal Nasional - 11 Januari 2012
Kategori:Sampah Luar Jakarta
KOTA Batam terancam timbunan sampah di mana-mana akibat kontraktor pengangkut sampah tidak memiliki pekerja dan armada angkutan yang memadai. DPRD Kota Batam menilai ada kolusi antara eksekutif dengan kontraktor sehingga proyek Rp6,7 miliar per 60 hari itu dilaksanakan dengan sistem penunjukan langsung (PL).
 
"Kinerja kebersihan di Kota Batam semakin mengecewakan, timbunan sampah terdapat di mana-mana. Hal ini diduga karena kerja sama antara pemerintah kota dengan kontraktor pengangkut sampah dilakukan dengan sistem penunjukan langsung, hal itu jadi masalah besar, karena besar kemungkinan terjadi kolusi," kata anggota DPRD Kota Batam Jeffry Simanjuntak kepada pers, di Batam, kemarin (10/1).
 
Sejumlah rumah sakit, sekolah, perumahan, dan ruas jalan di Batam, faktanya dipenuhi dengan timbunan sampah yang tidak diangkut. Keluhan itu disampaikan oleh warga Batam yang disampaikan melalui berbagai media, seperti surat kabar setempat, radio, serta spanduk dan poster di beberapa lokasi.
 
"Di perumahan kami di kawasan Baloi, truk pengangkut hanya datang sekali seminggu, sehingga timbunan sampah sudah sangat mengganggu baru diangkut," ujar Rina (32), seorang ibu rumah tangga di kawasan Baloi, Batam.
 
Salah satu rumah sakit yang terganggu akibat timbunan sampah yakni Rumah Sakit Awal Bros, Batam. Di pekarangan rumah sakit paling mewah di Batam itu, terdapat timbunan sampah yang telah membukit di bagian belakang kiri yakni sekitar 10 meter dari gedung. Timbunan sampah itu terdiri dari bahan-bahan non-organik dan sebagian kecil sampah alam seperti ranting pohon, daun, dan tumbuh-tumbuhan.
 
"Truk yang angkut sampah dari situ (awal Bros) tidak tentu, beberapa hari sekali datangnya," kata Sofian, seorang warga sekitar rumah sakit Awal Bros. Genangan air terlihat sekeliling timbunan sampah itu sehingga bau busuk menyeruak ke lingkungan sekitar. Kondisi yang sama terjadi di sejumlah kawasan di Batam akibat timbunan sampah. "Truk-truk pelangsir sampah yang keluar-masuk dari lingkungan perumahan seperti di Awal Bros, tidak berlangsung secara rutin atau teratur," tutur Sofian.
 
Kontraktor pengangkut sampah, yakni PT Royal Gensa Asih (RGA) yang telah melakukan pekerjaan angkutan sampah sejak 1 Januari 2012, menurut penilaian Jefrry, ternyata tidak memiliki pekerja dan armada yang cukup. Padahal, menurut Jeffri, proyek sebesar Rp6,7 miliar per dua bulan (Januari-Februari 2012) itu sangat besar. "Tidak boleh alasan karena kondisi mendesak sehingga dilakukan PL dan kontraktor yang digandeng tidak memenuhi syarat," kata Jeffry.
 
Dalam pengakuan Sekretaris Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Sulaiman Nababan, pihaknya telah menggandeng PT Royal Gensa Asih (RGA) sejak tahun lalu. Namun menjelang akhir tahun dinas itu baru mempersiapkan pengelolaan sampah untuk 2012. "Sehingga kerja sama kami lakukan dengan mekanisme penunjukan langsung karena tidak ada lagi waktu," ujar Sulaiman.
 
PT RGA, kata Sulaiman, telah ditunjuk melakukan pengangkutan sampah rumah tangga dari masyarakat ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Telaga Punggur dengan pagu sebesar Rp6,3 miliar. Selain itu, pihaknya juga menyerahkan pengelolaan TPA (landfill) kepada kontraktor yang sama dengan pagu anggaran Rp435 juta, sehingga total nilai kontrak mencapai Rp6,735 miliar.


Post Date : 11 Januari 2012