Batam Masih Menyedihkan

Sumber:Kompas - 05 Juli 2007
Kategori:Air Minum
Tiga belas drum besar termuat di dalam perahu kayu (pompong) milik Muhammad (54). Drum itu berisi air bersih yang diambil dari pulau kecil, Pulau Teluk Paku untuk dibawa dan dijual kepada masyarakat di Pulau Buluh, Kecamatan Bulang, Batam.

"Kalau musim kemarau, saya bisa membawa tiga kali dalam sehari," katanya. Itu berarti, dalam sehari ia bisa menjual 39 drum air bersih atau 7.800 liter. Setiap drum ia jual Rp 8.000.

Jika musim hujan, Muhammad hanya sekali mengangkut air bersih. Itu pun kadang tidak habis terjual karena penduduk di Pulau Buluh biasa mengandalkan air sumur dan air hujan.

Untuk menyalurkan air ke rumah pembeli air, Muhammad menyiapkan selang puluhan meter. Di perahu juga sudah tersedia pompa untuk menyedot air dari sumur ke drum dan memompa air dari drum ke rumah-rumah pembeli.

Menurut Muhammad, di Pulau Buluh ada 10 penjual air bersih seperti dirinya. Dalam sehari, satu keluarga kecil menghabiskan 1-2 drum air untuk berbagai keperluan.

Yusrizal (39), seorang warga, mengungkapkan, dalam sehari keluarganya menghabiskan dua drum, atau Rp 16.000.

Di Pulau Buluh sebenarnya juga ada beberapa keluarga yang mempunyai sumur. Masyarakat biasa menggunakan sumur itu beramai-ramai bergantian. Keluarga dengan jumlah anggota banyak, sehingga kebutuhan air bersihnya tinggi, juga bisa minta jasa menimba air dari sumur itu. Satu drum dihargai Rp 5.000.

Umum di pesisir

Di Batam, kesulitan mendapatkan air bersih tak hanya dialami warga Pulau Buluh, tetapi hampir merata, khususnya di wilayah pesisir. Di Kampung Sungai Kasam, Kabil, Batam, misalnya, terdapat 50-an keluarga, tetapi hanya ada lima sumur.

Jika mengambil air, masyarakat harus mengantre, apalagi jika musim kemarau, saat air sangat terbatas. "Kalau musim kemarau, sumur mengering. Masyarakat sulit mendapatkan air bersih," kata Ketua RT 03, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa, Bambang Irawan.

Masyarakat di Pulau Buluh dengan jumlah penduduk sekitar 700 keluarga, termasuk di daerah lain di pesisir Kota Batam, memang sulit mendapatkan air bersih. Ironis memang, di wilayah yang diunggulkan untuk investasi negeri itu instalasi pengelolaan air bersih masih sangat terbatas. Banyak pulau dan daerah pesisir belum teraliri air bersih dari PDAM setempat.

Untuk itu, Ketua Koordinator Lembaga Swadaya Masyarakat Kesatuan Aksi Anak Negeri Burhanuddin meminta Pemerintah Kota Batam memperluas jangkauan layanan air bersih untuk masyarakat di pesisir dan pulau-pulau.

Caranya, dengan pengadaan atau pembuatan instalasi pipa atau perahu untuk mengangkut air. (fer)



Post Date : 05 Juli 2007