Baru 78% Depo Air Minum yang Layak

Sumber:Suara Merdeka - 17 Maret 2010
Kategori:Air Minum

YOGYAKARTA - Keberadaan depot air minum isi ulang (damiu) dengan sistem penyulingan air yang canggih, belum menjamin sepenuhnya kelayakan air minum. Pasalnya, selain sistem pengolahan air, banyak faktor yang memengaruhi kualitas air minum.

Pemeriksaan oleh Dinas Kesehatan selama tahun 2010 di 40 damiu di Kota Yogyakarta menunjukkan, masih ada pencemaran bakteriologi. Dari 263 sampel dalam satu bulan untuk tiap damiu, baru 204 (78%) yang memenuhi kelayakan air minum. Sisanya, 59 sampel atau 22%, masih belum layak.

Pengujian Dinkes terdiri atas dua macam, yakni uji bakteriologi dan uji kimiawi. Untuk persyaratan standar air minum, kandungan coli tinja dan coli for total harus 0 MPN (most probable number). Untuk air bersih kandungan coli tinja 0-50 MPN.

Pengujian semacam itu dilakukan sebulan sekali, karena kemungkinan perubahan bakteriologi itu sangat besar. Untuk uji kimiawi rata-rata bisa dalam jangka waktu satu tahun, karena sifatnya cenderung tetap.

”Sampel itu lebih banyak karena rutin setiap 1 bulan. Itu memang  standar berlaku uji bakteriologi. Untuk uji kimiawi relatif lama, karena sifatnya cenderung tetap. Di Kota Yogyakarta yang agak bermasalah pada kualitas air secara bakteriologi, sedangkan secara kimiawi masih aman di bawah ambang batas,” kata Kasi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Eni Dwimiarsih, Senin (15/3).

Kesalahan Perilaku Berbagai kesalahan perilaku penggunaan air, menurutnya, sangat berpotensi mengubah kandungan bakteriologi. Pada damiu hal itu bisa terjadi dari sumber air yang digunakan sampai dengan sistem pembersihan peranti penyimpan air yang keliru.

”Misalnya ada damiu yang kandungan coli tinja dan coli formnya tinggi. Ternyata mereka mengambil air dari sumur rumah tangga. Sumur semacam ini memang berisiko mendapatkan rembesan dari septictank, terlebih jika pada permukiman padat,” jelasnya.

Dwi melanjutkan, ada pula damiu yang tidak mempunyai sikat pembersih galon. Jadi, kotoran-kotoran yang menumpuk pada galon menimbulkan bakteri baru. ”Jadi, meski air yang diisikan sudah bagus, saat masuk ke galon akan terkontaminasi bakteri lagi,” imbuhnya.

Staf Penyehatan Lingkungan Lina Sulistyanti menambahkan, pihaknya memberikan pemantauan secara teratur terhadap hal semacam ini, khususnya damiu yang pernah mendapat peringatan.

”Kami akan terus memantau. Jika ada damiu yang dalam dua bulan tidak bisa memenuhi standar kelayakan, kami tegaskan untuk menutup sementara. Nanti jika pada pemeriksaan berikutnya mereka bisa memenuhi standar, baru boleh berjualan lagi,” ujarnya.(H50-66)



Post Date : 17 Maret 2010