|
SEMARANG - Hingga kini baru 57,3 persen warga Kota Semarang terlayani air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Semarang. Belum maksimalnya layanan ini disebabkan oleh keterbatasan jaringan dan ketersediaan air baku. "Ada daerah yang jaringannya memungkinkan penambahan layanan, tapi air bakunya terbatas. Ada yang air bakunya cukup, tapi terkendala jaringan," kata Romadhon, juru bicara PT Tirta Moedal, PDAM Kota Semarang, kepada Tempo kemarin. Romadhon memberi contoh, PDAM Cabang Semarang Timur yang mempunyai ketersediaan air baku cukup belum bisa menambah jaringan untuk pelanggan baru. Sedangkan di Semarang bagian selatan, sistem jaringannya memungkinkan untuk menambah pelanggan, tapi ketersediaan air bakunya sangat terbatas. Saat ini kapasitas produksi air bersih perusahaan milik daerah Kota Semarang itu rata -rata hanya 2.500 meter kubik per detik. Idealnya, mencapai 3.500 meter kubik per detik. Sebagaimana kondisi keuangan PDAM pada umumnya, saat ini keuangan perusahaan belum memungkinkan melakukan penambahan layanan, baik penambahan jaringan maupun penambahan air baku. Menurut Romadhon, krisis keuangan ini karena beban utang perusahaan serta tunggakan tagihan pelanggan. Beban utang PDAM Kota Semarang ke International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) sejak 1995 sekitar Rp 200 miliar. Sedangkan tunggakan rekening, 10-15 persen dari jumlah pelanggan, mencapai ratusan juta rupaih. "Krisis keuangan juga diperparah oleh tidak adanya kenaikan tarif PDAM sejak 2002, padahal biaya produksi terus melambung," kata Romadhon. Dengan adanya skema penghapusan bunga, juga denda utang ke IBRD yang dilakukan pemerintah, diharapkan PDAM mampu menambah kapasitas produksi. Tahun depan rencananya PDAM akan menambah dua instalasi pengolahan air, yakni di Jalan Pramuka dan Jatibarang. "Dengan penambahan dua instalasi pengolahan air itu, diharapkan kami mampu menambah jaringan baru hingga 20 persen," kata Romadhon. SOHIRIN Post Date : 01 Juli 2008 |