Baru 20% Sampah Terangkut

Sumber:Pikiran Rakyat - 07 November 2009
Kategori:Sampah Luar Jakarta

SOREANG, (PR).- Volume sampah di Kab. Bandung yang bisa diangkut petugas kebersihan rata-rata baru mencapai 189,6 ton per hari atau sekitar 20 persen dari produksi sampah rumah tangga sebanyak 948 ton per hari.

Kepala Dinas Perumahan, Penataan Ruang, dan Kebersihan (Dispertasih) Kab. Bandung Indra Martono, saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (6/11), mengatakan bahwa persentase sampah yang terangkut tersebut cenderung meningkat. Dibandingkan dengan tahun lalu, sampah yang diangkut petugas kebersihan saat ini, meningkat sekitar 5 persen.

"Jumlah sampah yang terangkut baru sekitar 20 persen , hal itu karena kami hanya memiliki 55 armada angkut sampah yang tersebar di 4 UPTD di Kab. Bandung. Tahun ini, kami hanya bisa menambah dua armada lagi," kata Indra. Empat UPTD sampah tersebut berlokasi di Kec. Soreang, Baleendah, Ciparay, dan Kec. Rancaekek.

Indra juga mengatakan, dari 31 kecamatan di Kab. Bandung, hingga saat ini baru ada 21 kecamatan yang sampahnya bisa diangkut petugas. Sementara itu, kecamatan yang belum dilayani armada sampah antara lain, Kec. Kertasari dan Kec. Pasirjambu.

Khusus untuk Kec. Kertasari, menurut Indra, kondisi geografisnya menyulitkan armada pengangkutan sampah beroperasi di sana. Padahal, di Desa Tarumajaya Kec. Kertasari, terdapat hulu Sungai Citarum.

"Bagi daerah yang sampahnya belum bisa diangkut, sementara ini sampahnya dikelola dengan cara pengomposan," ucapnya.

Berdasarkan data yang dimiliki Dispertasih Kab. Bandung, jumlah produksi sampah rumah tangga di Kab. Bandung rata-rata 0,2 kg per orang per hari. Jumlah tersebut hanya setengah dibandingkan dengan produksi sampah masyarakat perkotaan yang mencapai 0,4 kg per orang per hari. "Tetapi dengan jumlah penduduk yang lebih dari 3 juta jiwa di Kab. Bandung, produksi sampah yang ada memang cukup besar," katanya.

Hingga kini, Kab. Bandung hanya memiliki satu tempat penampungan akhir (TPA) sampah, yaitu TPA Babakan di Kec. Arjasari. "Oleh karena itu, kami berharap agar TPA di Legok Nangka bisa cepat digunakan. Sekarang ini, TPA tersebut masih dalam proses pembebasan tanah," ucap Indra.

Pengelolaan sampah di TPA Babakan, menurut Indra, masih menggunakan sistem open dumping dengan kapasitas sampah 500 kubik per hari. TPA yang berada pada areal seluas 10 hektare tersebut, masih bisa digunakan tiga sampai empat tahun lagi.

"Akhir tahun ini atau awal tahun depan, kami akan melakukan sejumlah perbaikan yang dirasakan perlu sehingga TPA Babakan bisa dipakai secara maksimal dan memperpanjang usia TPA," ucapnya.

Ubah perilaku


Untuk mengatasi minimnya fasilitas persampahan tersebut, Indra mengatakan, masyarakat sebaiknya mengubah perilaku dan kebiasaan dalam membuang sampah, misalnya dengan menerapkan metode daur ulang sampah atau menghentikan penggunaan kemasan plastik.

"Target kami ke depan adalah mengurangi timbunan sampah. Agar timbunan sampah tidak bertambah, kita harus bisa menekan dari sumbernya. Jadi warga jangan hanya mengandalkan tempat penampungan sementara (TPS) dan tempat penampungan akhir (TPA) untuk membuang sampahnya," ucapnya.

Sosialisasi, menurut Indra, juga tetap diperlukan agar bisa menekan dan mengurangi kebiasaan masyarakat menggunakan kemasan berbahan baku nonorganik. (A-175)



Post Date : 07 November 2009