Barito Selatan masih Terisolasi

Sumber:Media Indonesia - 14 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
PALANGKARAYA (Media): Sejumlah wilayah di Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah (Kalteng), hingga kini masih terisolasi akibat banjir sejak 6 April lalu. Banjir juga mengakibatkan aliran listrik dan jaringan telepon terputus.

Hampir semua aktivitas masyarakat lumpuh dan sejumlah sekolah mulai tingkat dasar hingga sekolah menengah atas (SMA) diliburkan karena ketinggian air mencapai sekitar dua meter. Seluruh korban banjir saat ini ditampung di gedung olahraga Batuah, gedung DPRD, dan gedung pertemuan Jaro Pirarahan.

Lima kecamatan yang hingga kini terendam adalah Kecamatan Jenamas, Kurau Kuala Pembuang, Dusun Hilir Mangkatip, Dusun Hilir Selatan, dan Kecamatan Dusun Hilir Utara. Wilayah terparah dilanda banjir adalah Dusun Hilir Mangkatip dan Jenamas karena terletak di bantaran Sungai Barito.

Aliran listrik dan jaringan telepon terputus sejak 8 April lalu. Bahkan, pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Butok (ibu kota Barito Selatan) juga terhenti. Hal tersebut membuat warga makin sengsara, karena mereka harus hidup di kegelapan, tidak bisa berkomunikasi melalui telepon, dan kesulitan air bersih.

Para pengungsi saat ini sangat membutuhkan bantuan pangan dan obat-obatan. Namun, bantuan tersebut belum bisa disalurkan karena Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi di kabupaten itu masih melakukan pendataan.

Satu-satunya jalur transportasi darat menuju lokasi banjir melalui Jl Ampah, juga terputus di Kecamatan Gunung Timang karena terendam setinggi dua meter.

Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng Muchtar kepada wartawan, kemarin, mengungkapkan, untuk meringankan penderitaan korban banjir di Kabupaten Barsel, Barito Utara, dan Murung Raya, pihaknya telah memberikan bantuan berupa beras, mi instan, dan obat-obatan.

''Penjabat Gubernur Kalteng Sodjuangon Situmorang rencananya juga akan mengunjungi ketiga kabupaten yang dilanda banjir. Saat ini tim gabungan dari Pemprov Kalteng yang terdiri dari Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum, dan Dinas Sosial telah turun ke lapangan guna mendata dan mengetahui bantuan yang dibutuhkan oleh korban banjir,'' ujar Muchtar.

Barito Kuala

Banjir juga masih melanda beberapa wilayah di Kalimantan Selatan (Kalsel). Bahkan, Kabupaten Barito Kuala empat hari terakhir dilanda banjir hebat, padahal sebelumnya wilayah ini tidak terkena bencana itu.

Banjir terparah terjadi di Kecamatan Kuripan. Lebih dari 5.000 rumah penduduk di sembilan desa terendam hingga setinggi satu meter.

Kecamatan Kuripan, merupakan wilayah terpencil karena terletak di bagian ujung Kabupaten Barito Kuala dan berbatasan langsung dengan wilayah Kalteng. Untuk sampai wilayah tersebut diperlukan waktu empat jam dengan menggunakan perahu bermotor.

Camat Kuripan Noor Efansyah mengatakan, banjir terparah melanda Desa Tabatan yang letaknya di dataran rendah. Akibat banjir, kegiatan belajar mengajar pada sembilan sekolah dasar terpaksa diliburkan.

Sedangkan banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan banjir mulai surut.

Sementara itu, Pemprov Kalsel pada tahun anggaran 2005 akan memprioritaskan perbaikan ruas jalan Trans-Kalimantan yang rusak parah akibat banjir. Menurut Penjabat Gubernur Kalsel Thursandi Alwi, kemarin, dana perbaikan jalan sepanjang 273 kilometer (km) yang membentang dari Kota Banjarmasin hingga Kabupaten Tabalong tersebut juga didukung oleh bantuan sejumlah kabupaten.

Selain diperbaiki, ujarnya, kapasitas beban jalan tersebut juga akan ditingkatkan dari rata-rata 10 ton menjadi 15 ton. Hal itu dilakukan untuk mengurangi risiko kerusakan akibat banyaknya kendaraan yang mengalami kelebihan muatan melintas di jalan tersebut.

Dari Kuningan dilaporkan, jalur utama yang menghubungkan wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, dengan Cilacap, Jawa Tengah, sejak Selasa (12/4) malam, terputus akibat tanah longsor menimbun jalan sepanjang 20 meter di Desa Mandapa Jaya, Kecamatan Cilebak, Kuningan.

Selain memutus lalu lintas di jalur tersebut, longsor juga menimbun dua rumah penduduk yang berada di sekitar lokasi. Bahkan, sepasang suami istri penghuni salah satu rumah, Misja, 60, dan Marni, 54, yang saat itu sedang tidur, nyaris ikut tertimbun.

Kedua orang itu terhindar dari bencana karena mereka segera bangun dan meninggalkan rumah ketika mendengar bunyi benturan batu dan kerikil di belakang rumah mereka. ''Setelah berada di luar rumah, saya melihat ada kayu menutup rumah saya. Sebagian rumah saya ternyata sudah tertimbun longsor,'' kata Misja, kemarin. (DY/SS/SR/UL/N-1)

Post Date : 14 April 2005