|
PURBALINGGA - Kalau tidak ada upaya penanganan, masyarakat Banyumas terancam krisis air bersih. Menurut data yang disodorkan melalui sebuah film dokumenter berjudul Banyu Ilang karya Sigit Harsanto, 85 persen mata air di Banyumas menghilang hanya dalam kurun waktu empat tahun. Dari ribuan mata air yang ada, kini hanya tersisa 444 mata air untuk menghidupi 1,7 juta penduduk Banyumas. "Kami semua prihatin dengan kondisi ini, untuk itulah film ini dibuat," ujar Sigit, Sabtu malam lalu, di Cafe Bamboe, Purbalingga. Menurut pembuat film dari Purwokerto itu, berkurangnya mata air tersebut disebabkan oleh pembangunan yang tidak terkontrol dan penjarahan hutan yang membabi buta di lereng Gunung Slamet. Data yang diungkapkan Sigit dibenarkan Wisnu Hermawanto, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Banyumas. Menurut dia, pada 1980-an, masih ada sekitar 3.000 mata air yang aktif. Tapi data terakhir mencatat tinggal 444 yang masih berfungsi. "Kalau ini tidak segera ditangani, 15 tahun lagi Banyumas bisa krisis air bersih," ujarnya saat dihubungi Tempo kemarin. Mengetahui kondisi mata air yang kian mengkhawatirkan tersebut, beberapa orang menyatakan keprihatinannya dengan mengadakan pemutaran film dokumenter tentang air. Selain karya Sigit, tujuh film lainnya diputar. Semuanya mengisahkan tentang kian berkurangnya ketersediaan air bersih di wilayah ini, seperti film Cerita Mangsa Ketiga yang mengisahkan tentang keluh kesah warga Desa Mentasan, Kabupaten Cilacap, saat musim kemarau tiba. Menurut Bowo Leksono dari Cinema Lovers Community Purbalingga, pemutaran film tersebut merupakan salah satu ekspresi atas keprihatinannya terhadap semakin menipisnya ketersediaan air di wilayah Banyumas dan sekitarnya. Selain itu, pembuatan film dokumenter tersebut dimaksudkan sebagai kampanye sadar lingkungan. "Kalau pemerintah tidak segera mengatasinya, bukan mustahil masalah lingkungan yang semakin besar bisa menimpa daerah ini," Bowo menegaskan. ARIS ANDRIANTO Post Date : 28 April 2008 |