|
SEMARANG - Meski sudah ada peringatan dari Pemkot, namun tetap saja ada warga Kota Semarang yang membuang sampah di sungai atau saluran air. Kebiasaan buruk itu sudah saatnya diubah. Pernyataan bernada prihatin itu disampaikan Pjs Wali Kota Semarang, Drs Saman Kadarisman, dalam apel Resik-resik Kutha yang dipusatkan di Kali Ronggolawe Semarang Barat, kemarin pagi. ''Kesadaran warga untuk membersihkan lingkungan sekitar perumahan memang cenderung meningkat. Namun sayang, cara mereka mengelola sampah masih belum benar,'' ungkapnya. Menurut Saman, gerakan yang diprakarsai Suara Merdeka, Djarum 76, New Exi Production, dan Pemkot Semarang, itu tidak akan menuai hasil maksimal kalau masyarakat masih seenaknya membuang sampah. Untuk mengubah kebiasaan itu, Robert Kodoatie, pengajar Teknik Sipil dari Undip, pernah mengusulkan pemusatan kegiatan kota di sekitar sungai. Saman juga mengkritik masih sedikitnya pengusaha yang sadar akan pentingnya kegiatan Resik-resik Kutha. Dia melihat dukungan dari kalangan pengusaha masih sangat minim. Dalam kerja bakti massal di Kali Es, Jl Kaligawe, kemarin, misalnya, tidak satu pun perwakilan dari perusahaan di lingkungan itu hadir. Peralatan yang ada pun hanya milik Pemkot. Sebuah mesin berat sejenis beghu milik DPU Kota Semarang. Saman didampingi Plt Sekda Pemkot, Bayi Priyono SH, meminta kesadaran pengusaha Semarang untuk berpartisipasi dalam gerakan tersebut. Camat Semarang Barat, Drs Budi Tjahyanto SH Mhum mengaku kesulitan menemui pemilik kedua perusahaan yang ada di wilayahnya itu. ''Setiap ditelepon, pasti stafnya bilang pimpinannya tidak ada di tempat,'' ujarnya. Kepada Suara Merdeka, Dr Ir Nelwan Dipl HE dari Lembaga Masyarakat Peduli Banjir dan Lingkungan mengatakan, pihaknya akan berusaha menjadi fasilitator mereka, mengingat selama ini banyak pengusaha yang mengaku agak ''alergi'' jika didatangi ''orang'' Pemkot.(nrs, rei-84a) Post Date : 18 April 2005 |