Banyak Desa Miskin Air Bersih

Sumber:Indopos - 08 Juni 2007
Kategori:Air Minum
MOJOKERTO - Penyediaan air bersih bagi warga pedesaan dan pegunungan -khususnya wilayah terpencil di Kabupaten Mojokerto- tampaknya masih perlu ditingkatkan. Sedikitnya, ada enam desa di Kecamatan Pacet, Dawarblandong dan Kecamatan Jetis yang masuk kategori cakupan sarana air bersih dan jamban masih rendah. Dengan angka kesakitan diare khususnya pada balita cukup tinggi.

"Setelah kita sosialisasi, kemudian ada minat dan kita survei, tahun ini ada 6 desa yang akan mendapat proyek Water and Sanitation for Low Income Communities (WSLIC II), yaitu proyek air bersih. Karena sarana air bersih masih rendah," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, dr Noer Windijantoro, kemarin. Sebanyak 6 desa itulah yang menjadi proyek air bersih kali terakhir, sejak kali pertama pengadaan sarana air bersih ini dilakukannya pada tahun 2001 lalu. Dengan demikian, tercatat ada 50 desa lebih yang sudah bisa memanfaatkan sarana air bersih ini, dari tingkat desa, sekolah sampai rumah tangga.

"Sebenarnya kita hanya mendapat jatah 37 desa, tapi setelah pemanfaatannya baik dan bisa meminimalisasi angka kesakitan diare, kita mendapat jatah lagi," papar dr Noer. Disampaikannya, 6 desa ini meliputi Desa Tanjungkenongo, Cembor dan Desa Nogosari Kecamatan Pacet, Desa Gunungan dan Desa Temuireng Kecamatan Dawarblandong, serta Desa Sidorejo Kecamatan Jetis. Rata-rata proyek yang didanai dari Bank Dunia (72 persen), APBD II (8 persen) dan swadaya masyarakat 20 persen ini berkisar Rp 280 juta per desa.

Hal senada juga disampaikan Kasi Penyehatan air dan lingkungan, Subdin Penyehatan Lingkungan, Titis Murwati, yang menjelaskan bentuk pembangunan sarana air bersih tersebut. Selain memanfaatkan sumber mata air di sekitar desa, juga memantik partisipasi murni dan kepedulian warga setempat. Namun, tidak sedikit pula desa yang melakukan pengeboran, mengingat tidak adanya sumber mata air dan lokasi pemukiman warga yang berjauhan.

Sehingga, sarana air bersih ini diharapkan bisa mengubah perilaku dan pelayanan kesehatan terhadap penyakit yang berbasis lingkungan. "Jika warga dan aparatnya kurang peduli, sarana air bersih ini tidak berhasil maksimal, dan itu terdapat di sejumlah desa," ungkap Titis. (bin)



Post Date : 08 Juni 2007